Gout Artritis
Gout (pirai) merupakan kelompok keadaan heterogenous yang berhubungan dengan defek genetik pada metabolisme purin (hiperurisemia). Pada keadaan ini bisa terjadi oversekresi asam urat atau defek renal yang mengakibatkan penurunan eksresi asam urat, atau kombinasi keduanya. Pada hiperurisemia primer, kenaikan kadar urat serum atau manifestasi penumpukan asam urat tampaknya merupakan konsekuensi dari kesalahan metabolisme asam urat. Pada hiperurisemia sekunder, penyakit gout artritis merupakan gambaran klinik ringan yang terjadi akibat proses genetik atau didapat (Smetlzer, 2013).
Gout artritis adalah penyakit sistemik yang dihasilkan dari pengendapan kristal monosodium urat (MSU) di jaringan. Peningkatan serum asam urat (SUA) di atas ambang tertentu merupakan persyaratan untuk pembentukan kristal asam urat. Terlepas dari kenyataan bahwa hyperuricemia adalah penyebab utama dalam gout artritis, banyak orang dengan hyperuricemia tidak mengembangkan gout artritis atau bahkan membentuk kristal UA. Bahkan, hanya 5% dari orang dengan hyperuriceamia di atas 9 mg / dL berkembang menjadi gout artritis. Diperkirakan bahwa faktor-faktor lain seperti faktor predisposisi genetik dalam kejadian gout artritis (et Thomas, 2017).
Gout artritis bisa diartikan sebagai sebuah penyakit dimana terjadi penumpukan asam urat dalam tubuh secara berlebihan, baik akibat produksi yang meningkat, pembuangan yang menurun, atau akibat peningkatan asupan makanan kaya purin. Gout artritis ditandai dengan serangan berulang yang akut, kadang-kadang disertai pembentukan kristal natrium urat besar yang dinamakan tophus, deformitas (kerusakan) sendi secara kronis dan cidera (Naga, 2012)
Pada kondisi tertentu, ginjal tidak dapat mengeluarkan zat asam urat secara seimbang sehingga menyebabkan penumpukan atau kelebihan asam urat dalam darah. Penumpukan zat asam urat tersebut dalam bentuk kristal dan dapat terjadi dipersendian maupun didalam ginjal itu sendiri. Kondisi penumpukan atau kelebihan asam urat inilah yang disebut dengan penyakit asam urat atau sering disebut dengan gout (Herliana, 2013).
Dapat dikatakan bahwa gout artritis merupakan penyakit yang dapat menyerang setiap orang. Dalam kondisi normal dengan pola makan dan pola hidup yang sehat, asam urat akan menyerang mereka yang berusia 40 tahun keatas bagi pria dan bagi wanita biasanya terjadi setelah menoupause. Namun dalam kondisi tidak normal karena pola hidup dan pola makan yang tidak sehat, asam urat bisa menyerang orang dengan usia berapapun tidak peduli tua maupun muda.
Etiologi
Menurut DiGiulio dkk (2014) gout artritis disebabkan oleh gangguan metabolisme dimana protein berbasis purin tidak dapat dimetabolisme dengan baik. Sebagai hasilnya, ada peningkatan jumlah asam urat yang adalah hasil akhir metabolisme purin. Sebagai hasil dari Hiperuricemia, kristal asam urat berkumpul didalam sendi, yang paling umum ibu jari kaki (podagra), menyebabkan sakit ketika sendi bergerak. Asam urat dibersihkan dari tubuh melalui ginjal, klien dapat juga berpotensi terkena penyakit batu ginjal ketika asam urat mengkristal di dalam ginjal.
Pada dasarnya penyebab gout artritis ada dua macam, yaitu gout artritis primer yang penyebabnya berasal dari dalam tubuh manusia sendiri, dan gout artritis sekunder yang penyebabnya dari luar tubuh manusia (Yekti & Ari, 2016) Menurut Bilota (2014) penyebab gout artritis antara lain :
a. Penyebab pasti tidak diketahui
b. Penurunan eksresi asam urat oleh ginjal
c. Kerusakan genetik dalam melakukan metabolisme purin (hiperurisemia)
d. Gout artritis sekunder yang berkembang dengan penyakit lain : obesitas, diabetes mellitus, hipertensi, polisitemia, leukemia, mieloma, anemia sel sabit, penyakit ginjal.
e. Gout artritis sekunder yang terjadi setelah terapi dengan menggunakan obat (hidroklorotiazid atau pirazinamid).
Metabolisme asam urat
Dua pertiga total asam urat tubuh berasal dari pemecahan purin endogen, hanya sepertiga yang berasal dari diet yang mengandung purin. Pada pH netral asam urat dalam bentuk ion asam urat (kebanyakan dalam bentuk monosodium urat), banyak terdapat di dalam darah. Konsentrasi normal kurang dari 420 μmol/L (7,0 md/dL). Kadar urat tergantung jenis kelamin, umur, berat badan, tekanan darah, fungsi ginjal, status peminum alkohol dan kebiasaan memakan makanan yang mengandung purin yang tinggi. Kadar Asam Urat mulai meninggi selama pubertas pada laki-laki tetapi wanita tetap rendah sampai menopause akibat efek urikosurik estrogen. Dalam tubuh manusia terdapat enzim asam urat oksidase atau urikase yang akan mengoksidasi asam urat menjadi alantoin. Defisiensi urikase pada manusiaakan mengakibatkan tingginya kadar asam urat dalam serum. Asam urat dikeluarkan di ginjal (70%) dan traktus gastrointestinal (30%). Kadar asam urat di darah tergantung pada keseimbangan produksi dan ekskresinya (Dianati, 2015).
Sintesis asam urat dimulai dari terbentuknya basa purin dari gugus ribosa, yaitu 5-phosphoribosyl-1- pirophosphat (PRPP) yang didapat dari ribose 5fosfat yang disintesis dengan ATP (Adenosinetriphosphate) dan merupakan sumber gugus ribosa. Reaksi pertama, PRPP bereaksi dengan glutamin membentuk fosforibosilamin yang mempunyai sembilan cincin purin. Reaksi ini dikatalisis oleh PRPP glutamil amidotranferase, suatu enzim yang dihambat oleh produk nukleotida inosinemonophosphat (IMP), adenine monophosphat (AMP) dan guanine monophosphat (GMP). Ketiga nukleotida ini juga menghambat sintesis PRPP sehingga memperlambat produksi nukleotida purin dengan menurunkan kadar substrat PRPP (Dianati, 2015).
Inosine monophosphat (IMP) merupakan nukleotida purin pertama yang dibentuk dari gugus glisin dan mengandung basa hipoxanthine. Inosinemonophosphat berfungsi sebagai titik cabang dari nukleotida adenin dan guanin. Adenosinemonophospat (AMP) berasal dari IMP melalui penambahan sebuah gugus amino aspartat ke karbon enam cincin purin dalam reaksi yang memerlukan GTP (Guanosine triphosphate). Guanosinemonophosphat (GMP) berasal dari IMP melalui pemindahan satu gugus amino dari amino glutamin ke karbon dua cincin purin, reaksi ini membutuhkan ATP.
Adenosine monophosphate mengalami deaminasi menjadi inosin, kemudian IMP dan GMP mengalami defosforilasi menjadi inosin dan guanosin. Basa hipoxanthine terbentuk dari IMP yang mengalami defosforilasi dan diubah oleh xhantine oxsidase menjadi xhantine serta guanin akan mengalami deaminasi untuk menghasilkan xhantine juga. Xhantine akan diubah oleh xhantine oxsidase menjadi asam urat (Dianati, 2015).
Patofisiologi
Gout artritis merupakan sekelompok penyakit yang terjadi akibat deposit monosodium urat dalam jaringan. Deposit ini berasal dari cairan ekstra seluler yang sudah mengalami supersaturasi dari hasil akhir metabolisme purin yaitu asam urat (Nasution & Sumariyono, 2009). Ginjal sebagai tempat pengeluaran sisa-sisa zat metabolisme tubuh berfungsi untuk menyeimbangkan cairan dalam tubuh dan terhindar dari zat-zat berbahaya. Proses pengeluaran zat-zat sisa pada ginjal terdiri dari fase filtrasi oleh glomerulus, fase reabsorbsi melalui tubulus-tubulus dan terakhir fase ekskresi oleh tubulus kolektivus. Pada penyakit ginjal kronik terjadi pengurangan massa ginjal dan penurunan fungsi ginjal, dimana hal tersebut akan menyebabkan gangguan dalam proses fisiologis ginjal terutama dalam hal ekskresi zat-zat sisa salah satunya asam urat (Silbernagl & Lang, 2012).
Mula-mula proses tersebut dapat terkompensasi oleh daya cadang ginjal yang menggantikan nefron ginjal yang rusak, tetapi proses tersebut hanya sementara dan akhirnya akan terjadi proses maladaptasi dari nefron yang mengkompensasi. Pada laju filtrasi glomerulus < 50% mulai terjadi peningkatan asam urat serum dan akan terus meningkat seiring dengan penurunan LFG di ginjal, alhasil akan didapatkan keadaan hiperurisemia karena PGK/hiperurisemia sekunder (Putra, 2009).
Hiperurisemia akan mencetuskan pembentukan garam monosodium urat (MSU) pada jaringan dan sendi. Timbunan tersebut kemudian dikenali sistem imun sebagai benda asing, sehingga mengaktifkan mediator inflamasi. Mediator ini menyebabkan kerusakan dan mengaktivasi berbagai sel radang. Sehingga timbul peradangan yang disebut gout artritis (Tehupelory, 2009).
Pencegahan Gout Artritis
Pilihan pengobatan maupun pencegahan gout artritis secara alami menggunakan tanaman herbal lebih direkomendasikan untuk mengindari efek samping dalam jangka panjang.
Untuk mengurangi kadar asam urat yang tinggi dalam darah dapat diobati dengan obat-obat anti hiperurisemia seperti allopurinol. Hindari makanan yang banyak mengandung purin seperti jeroan, emping, kacang-kacangan, pucuk-pucuk daun, serta alkohol yang berlebihan (Rinawati, 2012)
Selain cara diatas, gout artritis juga dapat dicegah dengan merubah pola hidup dan suplemen vitamin C.
- Merubah pola hidup
- Jika kelebihan berat badan, cobalah untuk menurunkannya karena hal ini dapat membantu menurunkan kadar asam urat. Namun, jangan sampai memberlakukan diet yang justru meningkatkan kadar asam urat, seperti diet tinggi protein atau diet starvation.
- Makanlah dengan bijaksana. Kadar asam urat yang tinggi dapat turun dengan menghindari asupan tinggi protein dan makanan yang kaya dengan purin, seperti jeroan (hati, ginjal, limpa, usus, paru, otak dll) dan makanan laut. Juga hindari makanan yang tinggi ekstrak ragi.
- Jika seorang alkoholik, sebaiknya berhentilah secara total.
- Jika sedang mengonsumsi obat, periksalah apakah obat itu menyebabkan peningkatan kadar asam urat atau tidak. Kalau iya kita bisa mengganti obat yang biasa kita konsumsi dengan obat lain yang khasiatnya sama
- Hindari dehidrasi dan perbanyak minum air putih (hingga dua liter perhari) kecuali ada alasan medis.
- Selalu periksa tekanan darah Anda. Penyakit asam urat banyak terjadi pada orang yang memiliki tekanan darah tinggi.
- Suplemen vitamin C. Sebuah penelitian pada tahun 2009 menunjukkan bahwa vitamin C dapat mengurangi risiko serangan gout artritis. Dalam penelitian tersebut, 46.994 orang telah mengalami kemajuan setelah beberapa tahun. Dibandingkan dengan pria yang hanya mengonsumsi vitamin C kurang dari 250 mg per hari.
No comments:
Post a Comment