Pengertian Ila’

Saturday, November 17, 2018

Pengertian Kecemasan

Pengertian Kecemasan

Gufron dan Risnawita (2012) mengatakan kecemasan merupakan pengalaman subjektif yang tidak menyenangkan mengenai kekhawatiran atau ketegangan berupa perasaan cemas, tegang, dan emosi yang dialami oleh seseorang.

Gufron dan Risnawita (2012) juga mengatakan kecemasan adalah suatu keadaan tertentu (state anxiety), yaitu menghadapi situasi yang tidak pasti dan tidak menentu terhadap kemampuannya dalam menghadapi objek tersebut. Hal tersebut berupa emosi yang kurang menyenangkan yang dialami oleh individu dan bukan kecemasan sebagai sifat yang melekat pada kepribadian.

Muchlas (dalam Ghifron dan Risnawita, 2012) mendefinisikan kecemasan adalah sebagai sesuatu pengalaman subjektif mengenai ketegangan mental kesukaran dan tekanan yang menyertai konflik atau ancaman.

Freud (dalam Safaria dan saputra, 2009) menyatakan bahwa kecemasan adalah reaksi terhadap ancaman dari rasa sakit maupun dunia luar yang tidak siap ditanggulangi dan berfungsi memperingatkan individu akan adanya bahaya.

Blackburn dan Davidson (dalam Safaria dan Saputra, 2009) Mengemukakan reaksi kecemasan dapat mempengaruhi suasana hati, pikiran, motivasi, perilaku, dan gerakan biologis.

Alwisol (dalam Wahyuni, 2015) Kecemasan akan berubah menjadi ancaman dan menciptakan ketegangan dan rasa tidak menyenangkan.

Calhoun dan Acocella (dalam Safaria dan saputra, 2009) juga menambahkan tentang kecemasan adalah perasaan ketakutan (baik realistis maupun tidak realistis) yang disertai dengan keadaan peningkatan reaksi kejiwaan.

Menurut Atkinson (dalam Muslimin, 2013) kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan istilah-istilah seperti “kekhawatiran”, “keperhatinan”, dan “rasa takut”, yang kadang-kadang dialami dalam tingkat yang berbeda-beda.

Sevani dan Silvia (2015) mengatakan bahwan kecemasan merupakan keadaan emosional yang tidak menyenangkan, seperti perasaan tertekan dalam mengahadapi kesulitan sebelum kesulitan itu terjadi dan ditandai dengan adanya keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, perasaan aprehensif atau khawatir, prihatin dan rasa takut pada situasi tertentu.

Taufik (dalam Zaini, 2015) pada umumnya kecemasan berdampak positif dalan kehidupan manusia karena mampu mengeluarkan kekuatan kognitif dan motorik untuk dapat memberikan respon yang sesuai hingga sumber kecemasan dapat dihilangkan.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah keadaan emosional yang tidak menyenangkan, seperti perasaan tertekan, reaksi terhadap ancaman dari rasa sakit yang tidak siap ditanggulangi.

Kecemasan Berbicara Di Depan Umum

Wahyuni (2015) Berbicara adalah cara seseorang berkomunikasi dengan orang lain untuk menyampaikan sesuatu yang diinginkan, komunikasi adalah cara manusia berinteraksi dengan manusia lain,, Setiap orang bisa berbicara, tetapi tidak setiap orang dapat berbicara baik dan komunikatif didepan umum

Apollo (dalam Wahyuni, 2015) menyebutkan kecemasan berbicara didepan umum dengan istilah reticence, yaitu ketidakmampuan individu untuk mengembangkan percakapan yang bukan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan akan tetapi karena adanya ketidakmampuan menyampaikan pesan secara sempurna, yang ditandai dengan adanya reaksi secara psikologis dan fisiologis.

Rahmat (dalam Wahyuni, 2014) ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai communication apprehension.

Muslimin (2013) Kecemasan komunikasi didepan umum adalah suatu perasaan yang terancam, tidak menyenangkan dengan diikuti oleh reaksi fisik dan psikis akibat kekhawatiran tidak mampu menyesuaikan atau menghadapi situasi pada saat berbicara didepan umum (publim speking) tanpa sebab khusus yang pasti, yang muncul sebelum atau selama berkomunikasi didepan umum.

Philips (dalam Wahyuni, 2014) Menyebutkan kecemasan berbicara didepan umum dengan istilah reticence, yaitu ketidakmampuan individu untuk mengembangkan percakapan yang bukan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan akan tetapi karena adanya ketidakmampuan menyampaikan pesan secara sempurna, yang ditandai dengan adanya reaksi secara psikologis dan fisiologis.

Menurut Burgoon dan Ruffner (dalam Syahrina dan Yanti 2017) mendefinisikan kecemasan berbicara didepan umum sebagai kecemasan yang timbul dalam upaya untuk mengatasi situasi berbicara didepan umum.

Menurut Beaty (dalam Syahrina dan Yanti, 2017) Kecemasan berbicara didepan umum merupakan bentuk dari perasaan takut atau cemas secara nyata ketika berbicara didepan orang-orang sebagai hasil dari proses belajar social.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpukan bahwa kecemasan berbicara didepan umum adalah ketidakmampuan individu untuk mengembangkan percakapan yang bukan disebabkan oleh kurangnya pengetahuantetapi adanya ketidakmampuan menyampaikan pesan secara sempurna, yang ditandai dengan adanya reaksi secara psikologis dan fisiologis.

Aspek kecemasan berbicara di depan umum

Y (dalam Wahyuni, 2014) menyebutkan ada empat aspek yang mempengaruhi kecemasan berbicara di depan umum yaitu:
  1. Aspek suasana hati. Aspek-aspek suasana hati dalam gangguan kecemasan adalah kecemasan, tegang, panik dan kekhawatiran, individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya hukuman atau bencana yang akan mengancam dari sumber tertentu yang tidak diketahui. Aspek-aspek suasana hati yang lainnya adalah depresi dan sifat mudah marah.
  2. Aspek Kognitif . Aspek-aspek kognitif dalam gangguan kecemasan menunjukan kekhawatiran dan keprihatinan mengenai bencana yang diantisipasi oleh individu misalnya seseorang individu yang takut berada ditengah khalayak ramai (agorapho) menghabiskan banyak waktu untuk khawatir mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan (mengerikan) yang mungkin terjadi dan kemudian dia merencanakan bagaimana dia harus menghindari hal-hal tersebut.
  3. Aspek Somatik. Aspek-aspek somatik dari kecemasan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu pertama adalah aspek-aspek langsung yang terdiri dari keringat, mulut kering, bernapas pendek, denyut nadi cepat, tekanan darah meningkat, kepala terasa berdenyut-denyut, dan otot terasa tegang. Kedua apabila kecemasan berkepanjangan, aspek-aspek tambah seperti tekanan darah meningkat secara kronis, sakit kepala, dan gangguan usus (kesulitan dalam pencernaan dan rasa nyeri pada perut) dapat terjadi
  4. Aspek Motor. Orang-orang yang cemas sering merasa tidak tidak, gugup, kegiatan motoric menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya jari-jari kaki mengetuk-mengetuk, dan sangat kaget terhadap suara yang terjadi secara tiba-tiba. Aspek-aspek motor ini merupakan gambaran rancangan kognitif dan somatik yang tinggi pada individu dan merupakan usaha untuk melindungi diri dari apa saja yang dirasanya mengancam.
Menurut Calhoun dan Acocella (dalam Safaria dan Saputra, 2009) Juga mengemukakan aspek-aspek kecemasan yang dikemukakan dalam tiga reaksi, yaitu:
  1. Reaksi Emosional yaitu komponen kecemasan yang berkaitan dengan persepsi individu terhadap pengaruh psikologis dari kecemasan seperti perasaan keprihatinan, ketegangan, sedih, mencela diri sendiri atau orang lain.
  2. Reaksi Kognitif, yaitu ketakutan dan kekhawatiran yang berpengaruh terhadap kemampuan berpikir jernih sehingga mengganggu dalam memecahkan masalah dan mengatasi tuntutan lingkungan sekitar.
  3. Reaksi Fisiologis, yaitu reaksi yang ditampilkan oleh tubuh terhadap sumber ketakutan dan kekhawatiran. Reaksi ini berkaitan dengan sistem syaraf yang mengendalikan berbagai otot dan kelenjer tubuh sehingga timbul reaksi dalam bentuk jantung berdetak lebih keras, nafas bergerak lebih cepat, tekanan darah meningkat.
Tipe Kecemasan Berkomunikasi Di Depan Umum

Menurut Croskey (dalam Muslimin, 2013) membagi kecemasan berkomunikasi dalam 4 (empat) tipe yaitu:
  1. Traitlike Communication Apprehesion. Derajat kecemasan yang relatif stabil dan relatif panjang waktunya ketika seseorang dihadapkan pada berbagai konteks komunikasi, seperti dalam public speaking, pertemuan-pertemuan (meetings), komunikasi antarpribadi, dan komunikasi kelompok. Sementara itu traitlike communication apprehension juga bisa dilihat sebagai refleksi kepribadian dari seseorang yang mengalami tingkat kecemasan berkomunikasi. 
  2. Context-Based Communication Apprehension. Menegaskan bahwa meskipun orang cenderung konsisten terhadap konteks waktu, namun dalam beberapa hal kecemasan berkomunikasi akan berubah konteksnya. Misalnya, seseorang yang akan mengalami kecemasan ketika berbicara didepan umum dibandingkan ketika ia berada dalam konteks diskusi kelompok. Sebaliknya ia merasa akan tidak cemas ketika berpidato, namun ia merasa tidak nyaman ketika dengan orang lain secara tatap muka.
  3. Audience Communication Apprehension. Merupakan communication apprehension yang dialami seseorang ketika ia berkomunikasi dengan tipe-tipe orang tertentu tanpa memandang waktu atau konteks. Anggota khalayak yang bersifat khusus ini akan memicu munculnya reaksi kecemasan. Misalnya, seseorang yang mengalami kecemasan berkomunikasi dengan orang tua akan mengalami communication apprehension ketika menyampaikan sebuah pidato dimana orang tua mereka berada dalam kumpulan khalayak tersebut, meskipun sebenarnya mereka tidak merasa cemas ketika mereka akan melakukan kegiatan publik speaking. Individu tersebut akan merasakan kecemasan yang sama ketika ia berbicara secara pribadi dengan orang tuanya.
  4. Situasional Communication Apprehension. Berhubungan dengan situasi ketika seseorang mendapatkan perhatian yang tidak biasa (unusual) dari orang lain, seperti misalnya ketika individu sedang melakukan public speaking, atau berhubungan dengan orang lain yang memiliki status sosial atau jabatan yang lebih tinggi.
Faktor yang mempengaruhi kecemasan berbicara di depan umum

Menurut Rahayu dkk (dalam Harianti, 2014) ada beberapa faktor yang menyebabkan individu merasakan kecemasan pada saat berbicara didepan umum yaitu:
  1. Reinforment. Adanya penguatan padda masa kanak-kanak dimana anak umumnya akan diberikan penguat positif (reward) apabila ia diam, dan akan diberikan penguat negatif (punishment) apabila ia berkata, sehingga pada akhirnya nanti si anak menghindari situasi komunikasi yang disebabkan oleh adanya proses belajar pada masa kanak-kanaknya.
  2. Skill Acquisiton. Individu merasakan kecemasan pada situasi dimana ia dituntut untuk berbicara didepan umum, karena adanya kegagalan dalam mengembangkan keterampilan dalam berbicara dengan baik.
  3. Modelling. Kecemasan dalam berbicara didepan umum dapat timbul karena adanya proses modeling terhadap orang lain, sehingga kecemasan tersebut bisa saja timbul walaupun individu sebelumnya tidak pernah mengalami situasi berbicara didepan umum.
  4. Pikiran yang tidak rasional. Adanya pemikiran individu yang irrasional mengenai sesuatu peristiwa yang berhubungan dengan berbicara didepan umum.

No comments:

Post a Comment