Pengertian Ila’

Tuesday, September 18, 2018

faktor yang mempengaruhi Perilaku Bullying

Pengertian Perilaku Bullying

Bullying adalah bagian dari tindakan agresi yang dilakukan berulangkali oleh seseorang/anak yang lebih kuat terhadap anak yang lebih lemah secara psikis dan fisik (Astuti dalam Umasugi, 2013). Defenisi bullying menurut Rigby (dalam Husaini, 2013) adalah sebuah hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan kedalam aksi, menyebabkan seorang menderita. Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seseorang atau sekelompok yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya berulang, dan dilakukan dengan perasaan senang. Espelage dan Holt (dalam Panie, 2015) Bullying di defenisikan dalam berbagai literatur sebagai perilaku berulang (termasuk perilaku verbal dan fisik) yang terjadi dari waktu ke waktu dalam hubungan yang ditandai dengan ketidakseimbangan kekuatan dan kekuasaan. Sebagian bullying telah dilihat sebagai agresi proaktif karena menganggu dengan mencari target mereka, dengan sedikit provokasi dan dilakukan untuk waktu yang lama.

Flynt dan Marton (dalam Rahmawati, 2016) mengatakan perilaku bullying adalah perilaku agresi yang dilakukan secara bebas dengan tujuan melukai orang lain secara penuh dan dilakukan secara berulang-ulang. Menurut Coloroso (dalam Puspitasari, 2015) bullying merupakan tindakan intimidasi yang dilakukan pihak yang lebih kuat terhadap pihak yang lebih lemah. Tindakan penindasan ini dapat diartikan sebagai penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti seseorang atau kelompok sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tidak berdaya. Bentuknya bias bersifat fisik seperti memukul, menampar, dan memalak. Bersifat verbal seperti memaki, menggosip, dan mengejek, serta psikologi sseperti mengintimidasi, mengucilkan, mengabaikan, dan mendiskriminasi. Kekerasan dan perilaku negatif ini dapat terjadi di luar maupun di dalam sekolah. Olweus (dalam Nofiza, 2012) juga berpendapat bahwa seorang anak menjadi korban bullying apabila ia diperlakukan secara negatif berulang-ulang oleh satu atau lebih pelaku dalam berbagai kesempatan.

Dari beberapa definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa bullying suatu bentuk agres iyang dilakukan oleh orang yang merasa berkuasa kepada orang yang dianggap lemah untuk keuntungan atau kepuasan mereka sendiri baik dilakukan oleh individu atau kelompok dengan tujuan untuk menyakiti korbannya dan dilakukan dengan berulang-ulang.

Aspek-aspek Perilaku Bullying

Aspek-aspek Bullying menurut Olweus (dalam Nofiza, 2012), mengemukakan tiga aspek bullying antara lain yaitu : 
  1. Bersifat menyerang (agresif) dan negatif yaitu perilaku secara langsung (Direct bullying), misalnya penyerangan secara fisik dan perilaku secara tidak langsung (indirect bullying), misalnya pengucilan sosial. 
  2. Dilakukan secara berulang kali yaitu kadang-kadang biasanya tidak dianggap sebagai bullying, kecuali dia sangat serius. Misalnya kekerasan fisik atau ancaman kekerasan fisik yang membuat korban merasa tidak aman secara permanen.
  3. Adanya ketidakseimbangan kekuatan antara pihak yang terlibat ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku bullying dan target (korban) bisa bersifat nyata maupun bersifat perasaan. Contoh yang bersifat real misalnya berupa ukuran badan, kekuatan fisik, gender (jenis kelamin), dan status sosial. Contoh bersifat perasaan, misalnya perasaan lebih superior dan kepandaian bicara atau pandai bersilat lidah.
Berdasarkan penjelasan tokoh diatas mengenai aspek-aspek perilaku bullying di atas dapat disimpulkan bahwa bullying ada bisa berupa perilaku yang negatif, perilaku agresif yang berulang kali, dan ketidakseimbangan power atau kekerasan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Bullying

Terdapat tujuh faktor yang menyebabkan terjadi perilaku bullying menurut Astuti (dalam Husaini, 2013):
  1. Perbedaan kelas. Seringkali perbedaan kelas menjadi penyebab terjadinya bullying, sebagai contoh perbedaan kelas di sekolah, senior akan cenderung melakukan tindakan bullying kepada juniornya karena merasa berkuasa. Selain itu perbedaan kelas disini juga termasuk perbedaan gender, agama, ekonomi, etnisitas atau rasisme. Sebagai contoh perbedaan kelas ekonomi, seseorang yang berada pada ekonomi yang berbeda dengan tingkatan ekonomi mayoritas kelompoknya cenderung menjadi korban bullying.
  2. Tradisi senioritas. Tradisi yang diwariskan oleh seniornya dahulu seringkali dijadikan alasan melakukan bullying, contohnya seperti kelas x tidak melewati kelas y, dan apabila dilanggar akan mendapatkan sanksi berupa pelanggaran teguran dan lain sebagainya, dan tradisi ini berlangsung terus menerus.
  3. Senioritas. Penyebab senioritas ini datang dari diri siswanya sendiri dengan alasan menunjukan diri atau mencari popularitas, ajang balas dendam, atau menunjukan kekuasaan.
  4. Keluarga yang tidak rukun. Masalah yang terjadi pada keluarga seperti perceraian orang tua, kurangnya komunikasi, ketidak harmonisan orang tua, masalah sosial ekonomi, dan lain-lain dapat menyebabkan perilaku billying.
  5. Iklim sekolah yang tidak harmonis. Situasi sekolah yang sebagai lembaga pendidikan juga dapat menjadi penyebab perilaku bullying, sebagai contoh peraturan sekolah yang tidak ditegakkan, minimnya pengawasan dari guru, dan tidak layaknya bimbingan etika dari guru.
  6. Karakter individu atau kelompok. Dendam, iri hati, adanya hasrat ingin mengusai, ingin mendapatkan popularitas dapat menjadi salah satu penyebab perilaku bullying.
  7. Persepsi yang salah atas perilaku korban. Korban sering merasa bahwa dirinya memang pantas di perlakukan seperti itu (di-bully), sehingga tidak ada usaha untuk menghentikan tindakan itu walaupun dilakukan berulang-ulang.
Berdasarkan penjelasan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku bullying di atas dapat disimpulkan bahwa perbedaan kelas, tradisi senioritas, senioritas, keluarga yang tidak rukun, iklim sekolah, karakter individu, persepsi yang salah atas perilaku korban adalah faktor yang menyebabkan bullying.

No comments:

Post a Comment