Pengertian Ila’

Thursday, September 20, 2018

Pengertian Self Control

Pengertian Self Control

Kontrol diri (self control) merupakan suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya serta mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi kemampuan untuk mengendalikan perlaku, kecenderungan menarik perhatian, keinginan mengubah perilaku agar sesuai untuk orang lain, menyenangkan orang lain, dan menutupi perasaannya (Ghufron & Risnawati, 2012).

Averill (dalam Anggreini & Mariyanti, 2014) menjelaskan bahwa self-control merupakan veriabel psikologis yang mencakup kemampuan individu untuk memodifikasi perilaku, kemampuan individu dalam mengelola informasi yang tidak penting atau penting dan kemampuan individu untuk memilih suatu tindakan yang diyakininya.

Synder dan Gangestad (dalam Ghufron & Risnawati, 2012) mengatakan konsep mengenai kontrol diri (self control) secara langsung sangat relevan untuk melihat hubungan antar pribadi dengan lingkungan masyarakat dalam mengatur kesan masyarakat yang sesuai dengan isyarat situasional dalam bersikap dan berpendirian yang efektif.

Self control merupakan salah satu fungsi pusat yang berada dalam diri individu yang dapat dikembangkan dan digunakan individu untuk mencapai kesuksesan dalam proses kehidupan (dalam Ardilasari & Firmanto, 2017).

Pengaruhself control terhadap timbulnya tingkah laku dianggap cukup besar, karena salah satu hasil proses pengontrolan diri seseorang adalah tingkah laku yang tampak (Zulkarnain; dalam dalam Ardilasari & Firmanto, 2017).

Atribusi stabil manusia yang dikarakteristikkan dengan pengaturan kognisi, afeksi dan perilaku menuju pemenuhan tujuan-tujuan tertentu individu.Individu yang memiliki self control rendah adalah orang-orang yang cendrung memiliki orientasi “here and now”, lebih memilih menyelesaikan sesuatusecara fisik sensitif daripada mengandalkan kognitif, senang terlibat dalam aktivitas berbahaya, kurang sensitif dalam kebutuhan orang lain, lebih memilih jalan pintas dibandingkan dengan hal-hal kompleks, serta memiliki toleransi yang rendah terhadap sumber-sumber frustasi (Gottfredson & Hirschi; dalam dalam Ardilasari & Firmanto, 2017).

Dari beberapa definisi yang diungkapkan oleh para ahli mengenai self control, maka dapat disimpulkan bahwa self control merupakan suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya untuk melihat hubungan antar pribadi dengan lingkungan masyarakat dalam mengatur kesan masyarakat yang sesuai dengan isyarat situasional dalam bersikap dan berpendirian yang efektif, yang dapat dikembangkan dan digunakan individu untuk mencapai kesuksesan dalam proses kehidupan.

Aspek-aspek Self Control

Averill (dalam Ghufron & Risnawati, 2012) menyebut kontrol diridengan sebutan kontrol, yaitu kontrol perilaku (behavior control), kontrol kognitif (cognitive control), dan mengontrol keputusan (decisional control).
  1. Kontrol Perilaku (Behavior Control). Kontrol perilaku merupakan kesiapan tersedianya suatu respon yang dapat secara langsung mempengaruhi atau memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan (Ghufron & Risnawati, 2012). Kemampuan mengontrol perilaku ini diperinci menjadi dua komponen, yaitu mengatur pelaksanaan (regulated administration) yaitu kemampuan individu untuk menentukan siapa yang mengendalikan situasi atau keadaan, apakah dirinya sendiri atau aturan perilaku dengan menggunakan kemampuan dirinya dan bila tidak mampu individu akan menggunakan sumber eksternal, dan kemampuan memodifikasi stimulus (stimulus modifiability) yaitu kemampuan untuk mengetahui bagaimana dan kapan suatu stimulus yang tidak dikehendaki dihadapi ((Ghufron & Risnawati, 2012). Ada beberapa cara yang dapat digunakan, yaitu mencegah atau menjauhi stimulus, menempatkan tenggang waktu diantara rangkaian stimulus yang sedang berlangsung, menghentikan stimulus sebelum waktunya berakhir, dan membatasi intensitasnya (Ghufron & Risnawati, 2012).
  2. Kontrol Kognitif (Cognitive Control). Kontrol kognitif merupakan kemampuan individu dalam mengolah informasi yang tidak diingingkan dengan cara menginterpretasi, menilai atau menghubungkan suatu kejadian dalam suatu rangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau mengurangi tekanan (Ghufron & Risnawati, 2012). Aspek ini terdiri dari dua komponen, yaitu memperoleh informasi (information gain) dan melakukan penialaian (appraisal).Dengan informasi yang dimiliki individu mengenai suatu keadaan yang tidak menyenangkan, individu dapat mengatasi keadaan tersebut dengan berbagai pertimbangan. Melakukan penilaian berarti individu berusaha menialai dan menafsirkan suatu keadaan atau peristiwa dengan cara memerhatikan segi-segi positif secara subjektif (Ghufron & Risnawati, 2012).
  3. Mengontrol Keputusan (Decesional Control). Mengontrol keputusan merupakan kemampuan seseorang untuk memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujui (Ghufron & Risnawati, 2012). Menurut Block dan Block (dalam Ghufron & Risnawati, 2012), ada tiga jenis kualitas kontrol, yaitu over control, under control, dan appropriate control.Over control merupakan kontrol diri yang dilakukan oleh individu secara berlebihan menyebabkan individu banyak menahan diri dalam bereaksi terhadap stimulus.Under control merupakan suatu kecenderungan individu untuk melepas impulsivitas dengan bebas tanpa perhitungan masak.Sementara appropriate control merupakan kontrol individu dalam upaya mengendalikan implus secara tepat.
Gottfredson dan Hirschi (dalam Ardilasari & Firmanto, 2017) menyebutkan enam aspek low self control yang menjadi cirri-ciri individu yang memiliki self control rendah, yaitu:
  1. Implusiveness. Individu ini memiliki orientai “here and now” individu tidak mempertimbangkan konsekuensi negatif dari perbuatan yang akan dilakukannya. Ia mudah tergoda oleh sesuatu yang menyenangkan.
  2. Preference for physical activity. Menjelaskan individu dengan self control yang rendah memilih kegiatan yang tidak membutuhkan keahlian tertentu dibandingkan mencari aktivitas yang membutuhkan pemikiran (kognitif).Individu ini senang melakukan aktivitas secara fisik dibandingkan dengan aktivitas mental.
  3. Risk seeking orientation. Menjelaskan bahwa individu dengan self control yang rendah suka terlibat dalam aktivitas-aktivitas fisik yang beresiko, menyenangkan dan manegangkan.Mereka melakukan tindakan bersembunyi-sembunyi, berbahaya, atau manipulatif. Oleh karena itu, individu yang memiliki self control rendah cenderung pemberani dan aktif.
  4. Self centeredness. Yaitu individu dengan self control yang rendah cenderung mementingkan diri sendiri. Individu ini juga kurang peka terhadap penderitaan dan kebutuhan orang lain. Individu ini sering bersikap tidak ramah, atau dengan kata lain, cenderung kurang peduli dalam pembinaan hubungan dengan orang lain. Tindakan merela cenderung reflex dari self-intererst (minat pribadi) atau keuntungan pribadi.
  5. Preference for simple tasks. Yaitu individu dengan self control yang rendah akan cenderung menghindari tugas-tugas sulit yang membutuhkan banyak pemikiran. Individu ini menyukai tugas sederhana yang dapat diselesaikan dengan mudah.Dapat dikatakan bahwa individu yang memiliki self control rendah cenderung kurang rajin, gigih atau tekun dalam melakukan suatu tindakan.Mereka lebih mencari kepuasan hasrat yang mudah dan sederhana.
  6. Short-tempered. Menjelaskan individu dengan self control yang rendah cenderung rentan mengalami frustasi, emosi yang meledak ,dan temperamental. Ketika terlibat permasalahan dengan orang lain, individu yang memiliki self control rendah cenderung kesulitan untuk menyelesaikan secara verbal.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga aspek dalam self-control, yaitu kontrol perilaku (behavior control), kontrol kognitif (cognitive control), dan mengontrol keputusan (decisional control), dimana ketiganya mencakup mencakup kemampuan individu untuk memodifikasi perilaku, kemampuan individu dalam mengelola informasi dan kemampuan individu untuk memilih suatu tindakan yang diyakini oleh dirinya. Dan terdapat enam aspek low self control yang menjadi cirri-ciri individu yang memiliki self control rendah, yaitu impulsiveness, preference for physical activity, risk seeking orientation, self centeredness, preference for simple task, dan short-tempered.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self Control

Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi self control terdiri dari faktor internal (dari diri individu) dan eksternal (dari lingkungan individu) (Ghufron & Risnawati, 2012).
  1. Faktor Internal. Faktor internal dalam self control adalah usia (Newman; dalam Ghufron & Risnawati, 2012). Semakin bertambah usia seseorang, maka semakin baik kemampuan mengontrol diri seseorang itu.
  2. Faktor Eksternal. Faktor eksternal ini diantaranya adalah lngkungan keluarga (Hurlock; dalam Ghufron & Risnawati, 2012).Lingkungan keluarga terutama orangtua menentukan bagaimana kemampuan mengontrol diri seseorang.Hasil penelitian Nasichah (dalam Ghufron & Risnawati, 2012) menunjukkan bahwa persepsi remaja terhadap penerapan disiplin orang tua yang semakin demokratis cenderung diikuti tingginya kemampuan mengontrol dirinya. Oleh sebab itu, bila orangtua menerapkan disiplin kepada anak-anaknya secara intens sejak dini, dan orangtua tetap konsisten terhadap semua konsekuensi yang dilakukan anak bila menyimpang dari yang sudah ditetapkan, maka sikap kekonsistensinan ini akandiinternalisasikan oleh anak dan kemudian akan menonjolkan kontrol diri baginya.

No comments:

Post a Comment