Pengertian Ila’

Wednesday, September 19, 2018

Aspek Self Compassion

Pengertian Self-Compassion

Self-compassion berasal dari kata compassion yang diturunkan dari bahasa Latin patiri dan bahasa Yunani patein yang berarti menderita, menjalani, atau mengalami (Halim, 2015).Self-compassion merupakan konsep baru yang diadaptasi dari filosofi budha yang memiliki definisi secara umum adalah kasih sayang diri.Gilbert(dalam Halim, 2015) mengungkapkan bahwa compassionmeliputi keinginan untuk membebaskan penderitaan, kesadaran terhadap penyebab dari penderitaan, dan perilaku yang menunjukkan kasih sayang.Neff (dalam Kharina & Juliana, 2012) mendefinisikan self-compassion sebagai sikap memiliki perhatian dan kebaikan terhadap diri sendiri saat menghadapi berbagai kesulitan dalam hidup ataupun terhadap kekurangan dalam dirinya serta memiliki pengertian bahwa penderitaan, kegagalan dan kekurangan merupakan bagian dari kehidupan setiap orang.

Neff (dalam Kharina & Juliana, 2012) mengemukakan tentang self–compassion sebagai alternatif konsep sebagai langkah untuk menuju individu yang sehat tanpa melibatkan evaluasi diri.Gagasan tentang self-compassion memberikan model pemikiran alternatif tentang bagaimana melihat diri sendiri agar meningkatkan resiliensi pada remaja. Menjadi self-compassionate bukan berarti seseorang harus menjadi selfish atau self- centered.Self-compassion berbeda dengan self-pity, ketika seseorang merasa self-pityia akan merasa berada jauh dari orang lain dan lebih fokus melihat bahwa masalah yang dialami adalah yang paling berat dibandingkan orang lain Neff (dalam Kharina & Juliana, 2012). Self-compassion adalah menghibur diri dan peduli ketika diri sendiri mengalami penderitaan, kegagalan, dan ketidaksempurnaan.

Neff (dalam Kharina & Juliana, 2012) membedakan self-compassion dengan self esteem (harga diri) yang membutuhkan rasa berada di atas orang lain sehingga kita akan memiliki kecenderungan untuk berkompetisi untuk bisa merasa “cukup baik”. Wiliam James mengungkapkan bahwa self-esteemadalah bagaimana seseorang menilai seberapa mampu dirinya dalam beberapa aspek kehidupan yang penting.Lutans (dalam Murti, 2013) menjelaskan self-esteem tidak hanya berkaitan dengan evaluasi diri namun juga perbandingan dengan orang lain. Hal ini menimbulkan dampak negatif yaitu munculnya narsisme, mengkritik diri, dan membandingkan diri dengan oang lain.Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa self- compassion adalah sikap kasih sayang atau kebaikan terhadap diri sendiri saat menghadapi masalah dalam hidup serta menghargai segala bentuk penderitaan, kegagalan dan kekurangan diri sebagai bagian dari hidup setiap manusia.

Aspek-Aspek Self-compassion

Neff (dalam Akin, 2010), Psikolog Universitas Texas di Austin mengembangkan self-compassionscale yang hampir selalu digunakan dalam penelitiantentang self-compassion, menjelaskan bahwa self-compassion terdiri dari tiga komponen yaitu:
  1. Self-Kindness vs Self Judgement. Kemampuan individu untuk memahami dan menerima diri apa adanya serta memberikan kelembutan, tidak menyakiti atau menghakimi diri sendiri. Self-kindess membuat individu menjadi hangat terhadap diri sendiri ketika menghadapi rasa sakit dan kekurangan pribadi, memahami diri sendiri dan tidak menyakiti atau mengabaikan diri dengan mengkritik dan menghakimi diri sendiri ketika menghadapi masalah. Self JudgementMerupakan aspek kebalikan dari self-kindess, yaitu menghakimi dan mengkritik diri sendiri. Hidayati (2013:52) menjelaskan bahwa self-judgement adalah ketika individu menolak perasaan, pemikiran, dorongan, tindakan, dan nilai diri sehingga menyebabkan individu merespon secara berlebihan dengan apa yang terjadi. Individu sering kali tidak menyadari bahwa dirinya sedanga melakukan self-judgement.
  2. Common Humanity vs Isolation. Common humanity adalah kesadaran bahwa individu memandang kesulitan, kegagalan, dan tantangan merupakan bagian dari hidup manusia dan merupakan sesuatu yang dialami oleh semua orang, bukan hanya dialami diri sendiri.Komponen mendasar kedua dari self-compassion adalah pengakuan terhadap pengalaman manusia bersama.Common humanity mengaitkan kelemahan yang individu miliki dengan keadaan manusia pada umumnya, sehingga kekurangan tersebut dilihat secara menyeluruh bukan hanya pandangan subjektif yang melihat kekurangan hanyalah miliki diri individu.Begitupula dengan masa-masa sulit, perjuangan, dan kegagalan dalam hidup berada dalam pengalaman manusia pada keseluruhan, sehingga menimbulkan kesadaran bahwa bukan hanya diri kita sendiri yang mengalami kesakitan dan kegagalan di dalam hidup.Penting dalam hal ini untuk memahami bahwa setiap manusia mengalami kesulitan dan masalah dalam hidupnya. Isolation Merupakan kebalikan dari aspek common humanity, dimana ketika individu dalam keadaan yang sulit cenderung merasa dirinya yang paling menderita di dunia.Muncul perasaan bahwa individu mengalami segala bentuk kesulitan sendirian dan bertanggung jawab sendiri atas segala bentuk kesulitan yang dialami sehingga akan mengisolasi diri dari orang lain.
  3. Mindfulness vs Over identification. Mindfulness adalah melihat secara jelas, menerima, dan menghadapi kenyataan tanpa menghakimi terhadap apa yang terjadi di dalam suatu situasi. Mindfulness mengacu pada tindakan untuk melihat pengalaman yang dialami dengan perspektif yang objektif. Mindfulness diperlukan agar individu tidak terlalu terindenfikasi dengan pikiran atau perasaan negatif. Hidayati (dalam Halim, 2015) menjelaskan bahwa konsep utama mindfulness adalah melihat sesuatu seperti apa adanya, tidak ditambah- tambahi maupun dikurangi, sehingga respon-respon yang dihasilkan dapat lebih efektif. Dengan mindfulness ini individu dapat sepenuhnya mengetahui dan mengerti apa yang sebenarnya dirasakan. Over identification adalah kebalikan dari mindfulness yakni reaksi ekstrim atau reaksi berlebihan individu ketika menghadapi suatu permasalahan. Over identification diartikan sebagai terlalu fokus pada keterbatasan diri sehingga pada akhirnya menimbulkan kecemasan dan depresi.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self-Compassion

Banyak hal yang dapat berpengaruh terhadap self-compassion. Menurut Massilliana (2014) beberapa faktor yang dapat mempengaruhi self-compassion antara lain:
  1. Jenis Kelamin. Neff (dalam Missilliana, 2014) penelitian menunjukkan bahwa wanita jauh lebih penuh pemikiran dibandingkan laki-laki sehingga perempuan menderita depresi dan kecemasan dua kali lipat dibandingkan pria. Meskipun beberapa perbedaan gender dipengaruhi oleh peran tempat asal dan budaya. Penelitian menunjukkan bahwa perempuan cenderung memiliki self-compassion sedikit lebih rendah dari pada pria, terutama karena perempuan memikirkan mengenai kejadian negatif di masa lalu. Oleh karena itu, perempuan menderita depresi dan kecemasan dua kali lebih sering daripada pria.
  2. Budaya. Hasil penelitian pada negara Thailand, Taiwan, dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa perbedaan latar budaya mengakibatkan adanya perbedaan derajat self-compassion. Markus dan Kitayama (dalam Missilliana, 2014) orang-orang di Asia yang memiliki budaya collectivistic dikatakan memiliki self-conceptinteredependent yang menekankan pada hubungan dengan orang lain, peduli kepada orang lain, dan keselarasan dengan orang lain (social conformity) dalam bertingkah laku, sedangkan individu dengan budaya Barat yang individualistic memiliki self- conceptindependent yang menekankan pada kemandirian, kebutuhan pribadi, dan keunikan individu dalam bertingkah laku. Self-compassion menekankan pada kesadaran akancommon humanity dan keterkaitan dengan orang lain, dapat diasumsikan bahwa self-compassion lebih sesuai pada budaya yang menekankan interdependent daripada independent. Meskipun terlihat negara Asia yang merupakan budaya collectivist dan bergantung dengan orang lain, namun masyarakat dengan budaya Asia lebih mengkritik diri sendiri dibandingkan masyarakat dengan budaya barat sehingga derajat self- compassion tidak lebih tinggi dari budaya barat .
  3. Usia. Pengaruh faktor usia dikaitkan dengan teori tentang tahap perkembangan Erikson yang menjelaskan bahwa individu akan mencapai tingkat self-compassion yang tinggi apabila telah mencapai tahap integrity karena lebih bisa menerima dirinya secara lebih positif.
  4. Kepribadian. Kepribadian turut berpengaruh terhadap adanya self-compassion dalam diri seseorang seperti tipe kepribadian extraversion, agreeableness dan conscientiounes. Extraversion memiliki tingkat motivasi yang tinggi dalam bergaul, menjalin hubungan dengan sesama dan juga dominan dalam lingkungannya. Pada kepribadian extraversion seseorang mudah termotivasi oleh tantangan dan sesuatu yang baru sehingga akan terbuka dengan dunia luar dan lebih bisa menerima diri sendiri. Agreeablesnessberorientasi pada sifat sosial sehingga hal itu dapat membantu mereka untuk bersikap baik kepada diri sendiri dan melihat pengalaman yang negatif sebagai pengalaman yang dialami semua manusia (dalam Missilliana, 2014). Concientiousness menggambarkan perbedaan keteraturan dan disiplin diri individu. Concientiousness mendeskripsikan kontrol terhadap lingkungan sosial, berpikir sebelum bertindak, sehingga seseorang dapat mengontrol diri dalam menyikapi masalah.
  5. Peran Orang tua. Individu yang memiliki derajat self-compassion yang rendah kemungkinan besar memiliki ibu yang kritis, berasal dari keluarga disfungsional, dan menampilkan kegelisahan daripada individu yang memiliki derajat self-compassion yang tinggi (Neff & McGehee, 2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa individu yang tumbuh dengan orangtua yang selalu mengkritik ketika masa kecilnya akan menjadi lebih mengkritik dirinya sendiri ketika dewasa. Model dari orangtua juga dapat memengaruhi self-compassion yang dimiliki individu. Perilaku orangtua yang sering mengkritik diri sendiri saat menghadapi kegagalan atau kesulitan. Orangtua yang mengkritik diri akan menjadi contoh bagi individu untuk melakukan hal tersebut saat mengalami kegagalan yang menunjukkan derajat self-compassion yang rendah.

No comments:

Post a Comment