Pengertian Ila’

Friday, September 14, 2018

faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan

Pengertian orientasi masa depan

Orientasi masa depan didefinisikan sebagai gambaran yang dimiliki oleh individu tentang dirinya dalam konteks masa depan (Nurmi dalam Kalenia, Victoriana, Soemarno& Tika, 2015). Gambaran ini memungkinkan individu untuk menentukan tujuan, menyusun rencana untuk mencapai tujuan-tujuan dan mengevaluasi diri sejauh mana rencana tersebut dapat dilaksanakan dan dapat tercapai.

Nurmi menyebutkan bahwa orientasi masa depan merupakan sesuatu yang kompleks, multi dimensi dan banyak hal yang terkait dengan fenomenanya. Menurut Nurmi orientasi masa depan ini menekankan pada aspek pendidikan, pekerjaan dan pernikahan. Orientasi masa depan merupakan proses antisipasi individu terhadap masa depannya. Dalam hal ini ada individu yang menggambarkan dirinya lebih rumit, lebih sederhana, lebih atau kurang realistik dan tepat. Sehingga akan terlihat besar kecilnya kontrol yang dimiliki individu atas masa depannya sendiri. Individu akan diketahui apakah ia berorientasi masa depannya lebih disebabkan oleh faktor-faktor luar atau faktor-faktor dari dalam individu itu sendiri.

Menurut Ginanjar (dalam Afifah, 2011), orientasi masa depan adalah bagaimana seseorang merumuskan dan menyusun visi kedepan dengan membagi orientasi jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Seginer (dalam Afifah, 2011) menyatakan bahwa orientasi masa depan adalah representasi mental tentang masa depan, yang dibangun oleh individu pada titik-titik tertentu dalam kehidupan mereka dan mencerminkan pengaruh kontekstual pribadi dan sosial.Secara keseluruhan, kemampuan manusia dalam mengantisipasi peristiwa masa depannya, dalam memaknai masa depan secara pribadi, dan mengusahakannya secara mental menentukan dasar dari orientasi masa depan seseorang (Kalenia, Victoriana & Soemarno, 2015).

Sebagai suatu fenomena kognitif-motivasional yang kompleks, orientasi masa depan berkaitan erat dengan skemata kognitif, yaitu suatu organisasi perceptual dari pengalaman masa lalu beserta kaitannya dengan pengalaman masa kini dan dimasa yang akan datang (Chaplin, dalam Desmita, 2013). Skemata kognitif memberikan suatu gambaran bagi individu (remaja) tentang hal-hal yang dapat diantisipasi dimasa yang akan datang, baik tentang dirinya sendiri maupun tentang lingkungannya, atau bagaimana individu mampu menghadapi perubahan konteks dari berbagai macam aktivitas di masa depan.

Berdasarkan definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa orientasi masa depan merupakan gambaran dan keinginan secara sadar dan terencana yang dimiliki oleh individu mengenai masa depannya yang mencakup berbagai aspek baik yang bersifat pribadi maupun kondisi sosial yang diharapkan terjadi di masa depan.

Pembentukan orientasi masa depan

Nurmi (dalam Desmita, 2013) menjelaskan terdapat tiga tahap proses pembentukan orientasi masa depan yaitu :
  1. Motivation (motivasi). Tahap motivasi merupakan tahap awal dari pembentukan orientasi masa depan remaja. tahap ini mencakup motif, minat dan tujuan yang berkaitan dengan orientasi masa depan. Pada mulanya remaja menetapkan tujuan berdasarkan perbandingan antara motif umum dan penilaian, serta pengetahuan yang telah mereka miliki tentang perkembangan sepanjang rentang hidup yang dapat mereka antisipasi. Ketika keadaan masa depan beserta faktor pendukungnya telah menjadi sesuatu yang diharapkan dapat terwujud, maka pengetahuan yang menunjang terwujudnya harapan tersebut menjadi dasar penting bagi perkembangan motivasi dalam orientasi masa depan. Perkembangan motivasi dari orientasi masa depan menurut Nurmi (dalam Desmita, 2013) merupakan suatu proses yang kompleks yang melibatkan beberapa subtahap, yaitu :
    • Munculnya pengetahuan baru yang relevan dengan motif umum atau penilaian individu yang menimbulkan minat yang lebih spesifik
    • Individu mulai mengeksplorasi pengetahuannya yang berkaitan dengan minat baru tersebut
    • Menentukan tujuan spesifik
    • Memutuskan kesiapannya untuk membuat komitmen yang berisikan tujuan tersebut.
  2. Planning (perencanaan). Perencanaan merupakan tahap kedua proses pembentukan orientasi masa depan individu, yaitu bagaimana remaja membuat perencanaan tentang perwujudan minat atau tujuan mereka. Menurut Nurmi (dalam Desmita, 2013), perencanaan dicirikan sebagau suatu proses yang terdiri dari tiga subtahap, yaitu :
    • Penentuan subtujuan. Pada tahap ini individu membentuk suatu representasi dari tujuan-tujuannya dan konteks masa depan dimana tujuan tersebut diharapkan dapat terwujud. Kedua hal ini didasari oleh pengetahuan individu tentang konteks dari aktivitas di masa depan, dan sekaligus menjadi dasar bagi kedua subtahap berikutnya
    • Penyusunan rencana. Pada subtahap ini individu membuat rencana dan menetapkan strategi untuk mencapai tujuan dalam konteks yang dipilih. Dalam menyusun suatu rencana, individu dituntut menemukan cara-cara yang dapat mengarahkannya pada pencapaian tujuan dan menentukan cara mana yang paling efisien. Pengetahuan tentang konteks yang diharapkan dari suatu aktivitas di masa depan menjadi dasar bagi perencanaan ini. Kemudian, berbagai cara bertindak yang ditetapkan harus dievaluasi, sehingga tujuan-tujuan dan rencana-rencana yang telah disusun dapat diwujudkan.
    • Melaksanakan rencana dan strategi yang telah disusun. Pada subtahap ini, individu dituntut melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan rencana tersebut. Pengawasan dapat dilakukan dengan membandingkan tujuan yang telah ditetapkan dengan konteks yang sesuangguhnya di masa depan. Untuk menilai sebuah perencanaan yang dibuat oleh individu, dapat dilihat dati tiga variabel yang tercakup didalamnya yaitu knowledge, plans, dan realization.
  3. Evaluation (evaluasi). Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses pembentukan orientasi masa depan. Nurmi (dalam Desmita, 2013) memandang evaluasi ini sebagai proses yang melibatkan pengamatan dan melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang ditampilkan, serta memberikan penguat bagi diri sendiri. Dalam mewujudkan tujuan dan rencana dari orientasi masa depan, proses evaluasi melibatkan dua hal :
    • Causal atributions, yang didasari oleh evaluasi kognitif individu mengenai kesempatan yang dimiliki dalam mengendalikan masa depannya
    • Affects, yang berkatian dengan kondisi-kondisi yang muncul sewaktu-waktu dan tanpa disadari
Komponen orientasi masa depan

Menurut Seginer (2009) orientasi masa depan dapat dijabarkan kedalam tiga komponen yaitu :
  1. Motivational. Komponen ini mengacu kepada hal apa yang menyebabkan seseorang untuk memikirkan masa depannya. Terdapat dua aspek yang termasuk kedalam motivasi yaitu :
    • Value. Value (nilai) berkaitan dengan bagaimana individu mengartikan tingkat kepentingan dan relevansi tujuan spesifiknya terhadap masa depan
    • Expectance. Expectance (harapan) berkaitan dengan kepercayaan individu mengenai keterwujudannya harapan, tujuan dan rencana spresifik yang didalamnya juga termasuk tingkat emosional serta optimisme tentang perwujudan harapan, rencana, dan tujuan tersebut. dengan kata lain harapan terhadap masa depan tergambar dari tekad, keyakinan, dan sikap optimis terhadap keberhasilan di masa depan
    • Control. Aspek ini berkaitan dengan keyakinan individu bahwa ia mampu mengendalikan dirinya serta apa saja yang terjadi pada dirinya tersebut berasal dari perilakunya sendiri dan ia memiliki kekuasaan terhadap dirinya sendiri dalam menentukan atau mencapai masa depannya.
  2. Cognitive representation. Representasi kognitif terbagi kedalam dua dimenasi yaitu :
    • Content (konten). Konten mengacu pada berbagai bentuk variasi domain kehidupan dimana individu membangun masa depan. Konten juga dapat dipahami sebagai hal apa yang diinginkan individu untuk masa depannya
    • Valence (valensi). Valensi didasari dari asumsi bahwa individu berhubungan dengan masa depan yang diungkapkan dalam bentuk harapan (hope) yang mengarah pada pendekatan terhadap suatu hal dan ketakutan (fear) yang mengarah pada penghindaran sesuatu di masa yang akan datang.
  3. Behavioral . Komponen ini berisikan bentuk-bentuk perilaku yang ditampilkan dalam usaha mencapai tujuan masa depan. Komponen behavioral terdiri dari dua variabel yaitu :
    • Exploration (eksplorasi). Merupakan kegiatan menjelajahi pilihan masa depan baik kedalam dirinya maupun keluar dirinya dengan cara mencari informasi, meminta saran dari orang lain, serta usaha untuk memperkuat kecocokan antara karakteristik diri terhadap tujuan yang ingin dicapai di masa depan 
    • Commitment (komitmen). Berkaitan dengan pengambilan keputusan oleh individu dan membuat persiapan yang serius terhadap tujuan yang telah ditentukan untuk kehidupan di masa depan
Faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan

Orientasi masa depan dipengaruhi oleh dua faktor (Afifah, 2011), diantaranya yaitu :
  1. Faktor internal individu. Terdapat beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu yaitu :
    • Konsep diri. Nurmi (dalam Afifah, 2011) mengungkapkan bahwa individu dengan konsep diri yang positif dan percaya dengan kemampuan mereka cenderung lebih internal dala pemikiran mereka mengenai masa depan dibandingkan individu dengan konsep diri yang rendah. Konsep diri juga mempengaruhi penetapan tujuan. Salah satu konsep diri yang berkaitan dengan orientasi masa depan adalah diri ideal yang berfungsi sebagai motivator untuk mencapai tujuan jangka panjang
    • Perkembangan kogntif. Perkembangan kognitif dapat mempengaruhi rencana masa depan terutama bagi remaja karena mereka berada pada tahap operasional formal. Dalam tahap ini remaja mampu mengenali berbagai kemungkinan dan mencarikan solusinya. Kematangan kogntif sangat erat kaitannya dengan kemampuan intelektual yang mempengaruhi orientasi masa depan (Nurmi, dalam Afifah, 2011)
  2. Faktor kontekstual. Berikut merupakan beberapa faktor kontekstual yang mempengaruhi orientasi masa depan :
    • Jenis kelamin. Terdapat perbedaan arah orientasi masa depan antara laki-laki dan perempuan. Nurmi (dalam Afifah, 2011) menemukan bahwa perempuan lebih berorientasi pada masa depan terhadap keluarga sedangkan laki-laki lebih berorientasi mada masa depan terhadap karir
    • Status sosial ekonomi. Individu yang memiliki status sosial ekonomi yang rendah akan cendrung menemui keterbatasan dalam menentukan pilihan dan rencana masa depannya (Seginer, dalam Afifah, 2011). Nurmi (dalam Afifah, 2011) juga mengatakan individu dengan status sosial ekonomi yang tinggi cenderung untuk memiliki pemikiran mengenai masa depan karir yang lebih jauh
    • Usia. Seginer (dalam Afifah, 2011) mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan orientasi masa depan ditiap-tiap kelompok usia disetiap domain kehidupan yang ditujukan untuk masa depan
    • Teman sebaya. Dalam konteks ini, teman sebaya mempengaruhi orientasi masa depan dengan cara yang bervariasi seperti saling bertukar informasi mengenai tugas perkembangannya dan membandingkah tingkah laku dengan teman yang lain (Nurmi, dalam Afifah, 2011)
    • Hubungan dengan orang tua. Semakin positif hubungan dengan orang tua maka akan semakin mendorong remaja untuk memikirkan masa depan. Menurut Nurmi (dalam Afifah, 2011) kondisi keluarga dan interaksi antara orang tua dengan anak yang mempengaruhi orientasi masa depan dalam beberapa hal, yaitu pertama orang tua menetapkan standar normatif, sekaligus mempengaruhi minat, nilai, dan tujuan hidup anaknya. Dukungan orang tua juga membantu anak untuk mengembangkan sikap optimis dan internal terhadap masa depan.

No comments:

Post a Comment