Pengertian Cyberloafing
Menurut Robbins dan Judge (dalam Fuadiah dkk, 2008), cyberloafing adalah tindakan individu yang menggunakaan akses internet lembaganya selama jam kerja untuk kepentingan pribadi dan aktivitas-aktivitas internet lainnya yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.
Blanchard dan Henle (dalam Droon, 2011) mendefinisikan dua tingkat Cyberloafing minor dan serius Cyberloafing. Minor Cyberloafing terdiri dari “mengirim dan menerima email pribadi di tempat kerja serta membaca berita utama dan situs web keuangan dan belanja online”, Serius Cyberloafing yaitu “mengunjungi situs web berorientasi dewasa, mempertahankan satu situs web sendiri dan berinteraksi dengan lainnya secara online melalui chat room, blog, dan iklan personals, perjudian online dan download music.
Lim (dalam Anugrah dkk, 2013) juga mendefinisikan cyberloafing merupakan kegiatan sukarela karyawan di kantor, dalam menggunakan akses Internet yang tidak mempunyai korelasi dengan pekerjaan.
Henle dan Kedharnath (dalam Ramadhan dkk, 2017), mengungkapkan bahwa cyberloafing merupakan penggunaan teknologi internet selama jam kerja untuk kepentingan pribadi.
Aspek-Aspek Cyberloafing
Lim dan Teo (dalam Droon, 2011) membagi cyberloafing menjadi dua aspek yaitu:
- Emailing Activities (Aktivitas Email). Tipe cyberloafing ini mencakup semua aktivitas penggunaan email yang tidak berkaitan dengan pekerjaan (tujuan pribadi) saat jam kerja. Contoh perilaku dari tipe cyberloafing ini adalah memeriksa, membaca, maupun menerima email pribadi.
- Browsing Activities (Aktivitas Browsing). Tipe cyberloafing ini mencakup semua aktivitas penggunaan akses internet perusahaan untuk browsing situs yang tidak berkaitan dengan pekerjaan saat jam kerja. Contoh perilaku dari tipe cyberloafing ini adalah browsing situs olahraga, situs berita, maupun situs khusus dewasa.
Sedangkan Blanchard dan Henle (dalam Droon, 2011) membagi cyberloafing ke dalam dua aspek yaitu:
- Minor Cyberloafing. Minor cyberloafing merupakan tipe cyberloafing di mana karyawan terlibat dalam berbagai bentuk perilaku penggunaan internet umum yang tidak berkaitan dengan pekerjaan. Minor cyberloafing terdiri dari penggunaan email atau browsing situs hiburan. Beberapa contoh minor cyberloafing adalah mengirim dan menerima email pribadi, mengunjungi situs olahraga, memperbarui status jejaring sosial (seperti Twitter atau Facebook), serta berbelanja online. Dengan kata lain, minor cyberloafing mirip dengan perilaku umum lain yang tidak sepenuhnya ditoleransi di tempat kerja, seperti mengangkat telfon pribadi atau mengobrol hal-hal yang bersifat pribadi saat sedang bekerja.
- Serious Cyberloafing. Serious cyberloafing merupakan tipe cyberloafing di mana karyawan terlibat dalam berbagai bentuk perilaku penggunaan internet yang bersifat lebih berbahaya karena bersifat melanggar norma perusahaan dan berpotensi ilegal. Beberapa contoh perilaku dari serious cyberloafing adalah judi online, mengelola situs milik pribadi, serta membuka situs yang mengandung pornografi.
Jenis-Jenis Perilaku Cyberloafing
Li dan Chung (dalam Droon, 2011) membagi perilaku cyberloafing menjadi empat, yaitu:
- Aktifitas sosial. yaitu penggunaan internet untuk berkomunikasi dengan teman. Aktifitas sosial yang melibatkan pengekspresian diri (facebook, twitter, dll) atau berbagi informasi via blog (blogger).
- Aktifitas informasi. yaitu menggunakan internet untuk mendapatkan informasi. Aktifitas informasional yang terdiri dari pencarian informasi seperti website berita.
- Aktifitas kenikmatan. yaitu internet untuk menghibur. Aktifitas kesenangan yang terdiri dari aktifitas bermain permainan online atau mengunduh musik (youtube) atau software (Torrent-site) untuk tujuan kesenangan.
- Aktifitas emosi virtual. yaitu sisa dari aktifitas online internet lainnya seperti berjudi atau berkencan. Aktifitas emosi virtual mendeskripsikan aktifitas online yang tidak dapat dikategorisasikan dengan aktifitas lainnya seperti berbelanja online atau mencari pacar online.
Faktor-Faktor Penyebab Cyberloafing
Menurut Ozler dan Polat (dalam Ramadhan, 2011), terdapat tiga faktor yang menyebabkan munculnya perilaku cyberloafing. Ketiga faktor itu adalah sebagai berikut :
- Faktor Individual. Faktor individual berpengaruh terhadap muncul atau tidaknya perilaku cyberloafing. Berbagai atribut dalam diri individu tersebut antara lain :
- Persepsi dan Sikap. Individu yang memiliki sikap positif terhadap komputer lebih mungkin menggunakan komputer kantor untuk alasan pribadi. Selain itu, terdapat hubungan yang positif antara sikap mendukung terhadap cyberloafing dengan perilaku cyberloafing, Individu yang merasa bahwa penggunaan internet mereka menguntungkan bagi performansi kerja lebih mungkin terlibat dalam perilaku cyberloafing.
- Sifat Pribadi. Perilaku individu pengguna internet akan menunjukkan berbagai motif psikologis yang dimiliki oleh individu tersebut. Trait pribadi seperti shyness (rasa malu), loneliness (kesepian), isolation (isolasi), kontrol diri, harga diri, dan locus of control mungkin dapat mempengaruhi bentuk penggunaan internet individu. Bentuk penggunaan internet yang dimaksud adalah kecenderungan individu mengalami kecanduan atau penyalahgunaan internet.
- Kebiasaan dan Adiksi Internet. Kebiasaan mengacu pada serangkaian situasi-perilaku otomatis sehingga terjadi tanpa disadari atau tanpa pertimbangan untuk merespon isyarat-isyarat khusus di lingkungan. Lebih dari 50% perilaku media diperkirakan merupakan sebuah kebiasaan .
- Faktor Demografis. Beberapa faktor demografis seperti status pekerjaan, persepsi otonomi di dalam tempat kerja, tingkat gaji, pendidikan, dan jenis kelamin merupakan prediktor penting dari cyberloafing.
- Keinginan untuk Terlibat, Norma Sosial, dan Kode Etik Personal. Persepsi individu mengenai larangan etis terhadap cyberloafing berhubungan negatif dengan penerimaan terhadap cyberloafing itu sendiri. Namun sebaliknya, hal itu berhubungan positif dengan keinginan seseorang untuk melakukan cyberloafing. Selain itu, keyakinan normatif individu (misalnya, cyberloafing itu tidak benar secara moral) mengurangi keinginan untuk terlibat dalam perilaku cyberloafing
- Faktor Organisasi. Beberapa faktor organisasi juga dapat menentukan kecenderungan karyawan untuk melakukan cyberloafing. Beberapa faktor organisasi tersebut yaitu :
- Pembatasan Penggunaan Internet. Perusahaan dapat membatasi penggunaan komputer saat bekerja melalui kebijakan perusahaan atau pencegahan pengunaan teknologi di kantor. Hal ini dapat mengurangi kesempatan karyawan menggunakan internet untuk tujuan pribadi, sehingga perusahaan dapat meningkatkan regulasi diri karyawan
- Hasil yang Diharapkan. Ketika karyawan memilih online untuk tujuan pribadi saat bekerja, ia memiliki harapan tertentu bahwa perilaku itu dapat memenuhi kebutuhannya dan dapat membuat dirinya terhindar dari konsekuensi negatif
- Dukungan Manajerial. Dukungan manajerial terhadap penggunaan internet saat bekerja tanpa menjelaskan bagaimana menggunakan fasilitas tersebut malah dapat meningkatkan penggunaan internet untuk tujuan pribadi. Dukungan ini dapat disalahartikan oleh karyawan sebagai sebuah dukungan terhadap semua tipe penggunaan internet, sehingga memunculkan perilaku cyberloafing.
- Pandangan Rekan Kerja tentang Norma Cyberloafing. Melihat rekan kerjanya sebagai role model (panutan) dalam organisasi, sehingga perilaku cyberloafing ini dipelajari dengan mengikuti perilaku yang dilihatnya dalam lingkungan organisasi. Individu yang mengetahui bahwa rekan kerjanya juga melakukan cyberloafing, akan lebih mungkin untuk melakukan cyberloafing.
- Sikap Kerja Karyawan. Perilaku cyberloafing merupakan respon emosional karyawan terhadap pengalaman kerja yang membuatnya frustrasi, sehingga dapat diterima bahwa sikap kerja mempengaruhi cyberloafing. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa karyawan lebih mungkin terlibat dalam perilaku menyimpang ketika memiliki sikap kerja yang tidak menyenangkan.
- Karakteristik Pekerjaan. Karakteristik pekerjaan tertentu akan mengarah pada perilaku cyberloafing dengan tujuan untuk meningkatkan kreativitas atau melepas kebosanan. Dengan kata lain, pekerjaan yang kreatif akan memiliki lebih banyak tuntutan dan tidak membosankan, sehingga karyawan akan lebih jarang melakukan cyberloafing.
- Faktor Situasional. Perilaku penyimpangan internet biasanya terjadi ketika karyawan memiliki akses terhadap internet di tempat kerja, sehingga hal ini sangat dipengaruhi oleh faktor situasional yang memediasi perilaku ini. Penelitian menunjukkan bahwa kedekatan jarak secara fisik dengan supervisor secara tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku cyberloafing. Hal ini dipengaruhi oleh persepsi karyawan terhadap kontrol organisasi. Lebih jauh lagi, adanya kebijakan formal organisasi dan sanksi atas perilaku cyberloafing juga dapat mengurangi perilaku cyberloafing.
No comments:
Post a Comment