Pengertian Leadership
Kemampuan seseorang dalam mengepalai dan mengatur aktivitas tertentu dalam suatu kelompok disebut sebagai pimpinan, dan seseorang yang dianggap memiliki peran pentingnya dalam sebuah kelompok adalah pimpinan, sedangkan kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan. Bentuk pengaruh tersebut dapat secara formal di dalam suatu organisasi. Karena posisi manajemen terdiri atas tingkatan yang biasanya menggambarkan otoritas, seorang individu bisa mengasumsikan suatu peran kepemimpinan sebagai suatu akibat dari posisi yang ia pegang dalam suatu organisasi. (Robbins dalam Wirajaya, 2015).
Kepemimpinan menurut Dubrin (dalam Wijayanti, 2014) yaitu upaya mempengaruhi banyak orang melalui komunikasi untuk mencapai tujuan, cara mempengaruhi orang dengan petunjuk perintah, tindakan yang menyebabkan orang lain bertindak atau merespon dan menimbulkan perubahan positif, kekuatan dinamis yang memotivasi dan mengkoordinasikan organisasi dalam rangka mencapai tujuan, kemampuan untuk menciptakan rasa percaya diri dan dukungan diantara bawahan agar tujuan organisasi dapat tercapai.
Menurut Jacques (dalam Mahardiana, 2013) kepemimpinan adalah sebuah proses member arti (mengarahkan yang berarti) terhadap usaha yang kolektif, dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran yang diinginkan.
Tipe Leadership
Menurut Siagian (dalam Wijayanti 2014) menyatakan bahwa terdapat lima tipe leadership yaitu:
- Tipe Otokratik. Kepemimpinan otokratik adalah seorang pemimpin yang pada umumnya ciri- cirinya negatif, mempunyai sikap egois yang besar, mempunyai sifat egois. Tipe kepemimpinan ini segalanya akan diputuskan sendiri, serta punya anggapan bahwa bawahan tidak mampu memutuskan sesuatu.
- Tipe Paternalistik. Kepemimpinan paternalistik adalah seorang pemimpin yang mempunyai ciri menggabungkan antara ciri negatif dan positif misalnya bersikap selalu melindungi, jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk menggambil keputusan sendiri, serta tidak memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif dan mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas diri sendiri.
- Tipe Kharismatik. Tipe kepemimpinan kharismatik memiliki kekuatan energi, daya tarik dan wibawa yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain.sehingga orang lainbersedia untuk mengikutinya tanpa selalu bisa menjelaskan apa penyebab kesediaan itu. Pemimpin yang kharismatik biasanya dipandang sebagai orang yang memiliki kemampuan atau kualitas supernatural dan mempunyai daya yang istimewa, dan berdasarkan ini seseorang dianggap sebagai seorang pemimpin. Pemimpin kharismatik mempunyai banyak cara untuk memperoleh simpati dari karyawannya yaitu dengan menggunakan pernyataan visi untuk menanamkan tujuan dan sasaran terhadap karyawannya, kemudian mengkomunikasikan ekspektasi kinerja yang tinggi dan meyakini dengan meningkatkan rasa percaya diri bahwa bawahan bisa mencapainya, kemudian pemimpin memberikan contoh melalui kata-kata dan tindakan, serta memberikan teladan supaya ditiru oleh bawahannya.
- Tipe Laissez Faire. Kepemimpinan laissez faire adalah kepemimpinan yang gemar melimpahkan wewenang kepada bawahannya dan lebih menyenangi situasi bahwa para bawahanlah yang menggambil keputusan dan keberadaan dalam organisasi lebih bersifat suportif. Pemimpin ini tidak senang mengambil resiko dan lebih cenderung pada upaya mempertahankan status.
- Tipe Demokratik. Kepemimpinan demokratik adalah kepemimpinan yang selalu mendelegasikan wewenangnya yang praktis yang praktis dan realistik tanpa kehilangan kendali organisasional dan melibatkan bawahannya secara aktif dalam menentukan nasib sendiri melalui peran sertanya dalam proses pengambilan keputusan serta memperlakukan bawahan sebagai makhluk politik, ekonomi, sosial, dan sebagai individu dengan karakteristik dan jati diri. Pemimpin ini dihormati dan disegani dan bukan ditakuti karena perilakunya dalam kehidupan organisasional mendorong para bawahannya menumbuhkan dan mengembangkan daya inovasi dan kreatifitasnya.
Pengertian Leadership Practices
Menurut Wahap (dalam Miswan, 2012) leadership merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus, maka perilaku manusia yang dikelompokan menjadi perilaku terbuka dan tertutup dan yang membedakan afektif atau tidak afektif seorang pemimpin.
Leadership practices menurut Hersey (dalam Saputra, 2008) adalah respon individu sebagai seorang mutivator dalam suatu organisasi terhadap suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai dampak positif dan negatif dalam suatu organisasi.
Menurut Hughes (dalam Kurniawan, 2013) leadership practices adalah fungsi dari kepintaran, karakter kepribadian, kepintaran emosional, nilai, sikap, ketertarikan pengetahuan dan pengalaman. Perilaku kepemimpinan mempunyai peran yang sangat besar terhadap suatu organisasi, seorang pemimpin dapat menjalankan perannya sebagai pemimpin yang baik, maka pemimpin akan mampu menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, menggerakan, mengontrol dan mengarahkan pegawainya.
Perilaku yang ditunjukan oleh atasan dalam mengelola bawahan dan konsep yang memberikan arahan yang tepat bagi para individu dalam mengembangkan kepemimpinan yang afektif. Hal ini menunjukan bahwa kepemimpinan yang dimiliki oleh seseorang dapat dilatih dan dikembangkan sehingga diharapkan, sehingga memiliki kemampuan leadership yang dapat mengelola bawahan dengan optimal (Kouzes dalam Delta 2012)
Menurut Yukl (dalam Mahardiana, 2013) leadership practices adalah serangkaian afektivitas secara serentak berorientasi pada tugas maupun berorientasi pada hubungan, hubungan atau perhatian yang paling tinggi ditunjukan kepada produksi dan orang, perilaku yang berorientsi pada tugas mempunyai efek tambahan yang berdiri sendiri terhadap efektivitas menejerial.
Leadership practices merupakan cara yang digunakan pemimpin dalam mempengaruhi anggota atau bawahan pada suatu organisasi atau lembaga untuk mencapai tujuan, (Thoha dalam Mukni’ah, 2010).
Dari penggertian diatas yang diutarakan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa Leadership practices adalah sejauh mana seseorang memiliki hubungan pekerjaan yang ditandai ssaling percaya, menghargai bwahan dan menghargai perasaan mereka.
Dimensi Leadership Practices
Menurut Kouzes (dalam Delta, 2012) mengemukakan terdapat lima dimensi dalam leadership practices:
- Model the Way. Pemimpin menjelaskan tujuan dan bertindak sesuai dengan nilai dan keyakinannya. Pemimpin juga harus mampu mengekspresikan diri dengan cara yang unik serta kesadaran dalam mencari tantangan dan hasrat untuk berhasil dari tantangan
- Inspiring shared vision. Pemimpin memiliki visi yang menjadi panutan bagi bawahannya. Pemimpin memberikan makna dan tujuan pekerjaan bawahan dengan menawarkan visi yang menarik dan menginspirasi.
- Modeling the way. Pemimpin bertindak sebagai pelopor yaitu membantu bawahan menjadi inovatif, berkembang dan meningkatkan kemampuan bawahan dalam bekerja, pemimpin juga berani mengambil resiko dan belajar dari kesalahan dan menunjukan bahwa bawahan akan mengikuti atasan yang menunjukan kosistensi antara perkataan dan perbuatan
- Enable Other to act. Pemimpin bertindak mendorong bawahan untuk berkolaborasi dan membangun kepercayaan serta meningkatkan kerja sama, pemimpin juga mengajak bawahan untuk bekerja dengan baik.
- Encouraging the heart. Kesadaran pemimpin terhadap perayaan keberhasilan dan menghargai kontribusi bawahannya.
No comments:
Post a Comment