Pengertian Ila’

Thursday, September 13, 2018

Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Sosial

Pengertian Kecemasan Sosial

Kecemasan sosial merupakan gangguan yang terkait dengan sistem biobehavioral positif, termasuk lebih sedikit kejadian kehidupan positif, menghambat emosionalitas positif dan kualitas hidup yang buruk (Kashdan dan Weeks dalam Hofmann & Dibartolo, 2010). Kecemasan sosial didefinisikan sebagai pengalaman kognitif dan afektif yang dipicu oleh persepsi kemungkinan evaluasi oleh orang lain (Schlenker & Leary dalam Hofmann & Dibartolo, 2010).

Kecemasan sosial adalah suasana hati yang antisipatif (Hofmann & Dibartolo, 2010). Kecemasan sosial dikonseptualisasikan sebagai pengalaman yang dihasilkan ketika individu dimotivasi untuk membuat kesan yang diinginkan pada orang lain (Goffmann, dkk dalam Hofmann & Dibartolo, 2010). Kecemasan sosial adalah suatu kondisi kesehatan mental kronis tetapi pengobatan seperti konseling psikologis, pengobatan dan belajar keterampilan coping (mengatasi sesuatu masalah) dapat membantu anda mendapatkan kepercayaan diri dan meningkatkan kemampuan anda untuk berinteraksi dengan orang lain (Tirtojiwo, 2012).

Menurut American Psychiatric Association (dalam Anggraini, 2015) kecemasan sosial adalah ketakutan yang menetap terhadap sebuah atau lebih situasi sosial yang terkait berhubungan dengan performa yang membuat individu harus berhadapan dengan orang-orang yang tidak dikenalnya atau menghadapi kemungkinan diamati oleh orang lain, takut bahwa dirinya akan dipermalukan atau dihina. Kecemasan sosial melibatkan perasaan ketakutan, kesadaran diri dan tekanan emosional dalam situasi yang sebenarnya dapat diantisipasi atau evaluasi terhadap lingkungan sosial (Leitenberg dalam Anggraini, 2015).

Kecemasan sosial adalah tipe gangguan yang banyak terjadi tetapi diagnosis jarang ditegakkan sehingga terapi juga jarang diberikan dimana individu yang mengalami kecemasan memiliki pemikiran negatif akan evaluasi orang lain yang akibatnya menimbulkan kecemasan, sensasi fisik seperti gemetar atau keringat dingin dan perilaku menghindar atau perilaku aman (Asrori, 2015).

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kecemasan sosial adalah suatu keadaan dimana adanya ketakutan ataupun kekhawatiran yang berlebihan terhadap situasi sosial sehingga membuat individu tersebut merasa cemas pada situasi sosial karena khawatir akan mendapat penilaian negatif dari orang lain yang membuat individu tersebut cenderung menghindari kegiatan sosial.

Gejala-Gejala Kecemasan Sosial

Hofmann dan Dibartolo (2010) menyatakan bahwa kecemasan sosial memiliki gejala sebagai berikut :
  1. Gejala kognitif. Ditandai evaluasi negatif, percakapan internal yang negatif. Individu merasa terancam pikirkan orang lain mengenai dirinya. Kecemasan sosial secara khas dengan cepat merespon secara negatif yang sebenarnya tidak terjadi.
  2. Gejala perilaku. Ditandai dengan ketakutan dalam situasi sosial, mereka evaluasi secara negatif dan perilaku menghindar.
  3. Gejala fisik. Ditandai dengan pipi memerah, otot mengencang dan berkeringat. Individu dengan kecemasan sosial terlalu tinggi dalam menaksir kecemasannya. Individu merasa bahwa orang lain memandang secara negatif dan berfokus pada gejala yang dihadapi sehingga menimbulkan evaluasi negatif mengenai orang lain.
Penyebab Kecemasan Sosial

Menurut Leary (dalam Tirsae, 2016) penyebab kecemasan sosial adalah sebagai berikut:
  1. Orang yang tidak dikenal (strangers). Strangers adalah seseorang yang memiliki sedikit informasi tentang dirinya untuk diketahui oleh orang lain. Selain itu, mereka memiliki pengaruh yang kuat untuk memicu seseorang mengalami kecemasan sosial. Hasil survey yang dilakukan oleh Zimbardo (dalam Tirsae, 2016) bahwa individu dengan jelas menampakkan rasa malu pada orang-orang yang tidak dikenal dalam situasi sosial dikarenakan strangers membuat mereka malu. Namun menjadi lebih parah apabila individu tersebut terus merasa malu dan cemas meskipun ia sudah mengenal orang tersebut.
  2. Evaluasi diri (self-evaluation). Evaluasi adalah salah satu faktor dari dalam diri maupun dari lingkungan sekitar yang memicu kecemasan sosial. Individu yang mengalami kecemasan sosial cenderung untuk membandingkan dirinya dengan orang lain. Sebagai contoh, individu dengan kecemasan sosial memiliki keyakinan bahwa dirinya merasa kurang memiliki kemampuan saat menjalin hubungan sosial.
  3. Pengalaman masa lalu (past experiences). Setiap orang pasti mempunyai pengalaman masa lalu dan ingatan seseorang pada kejadian di masa lalu membawa pengaruh yang kuat terhadap apa yang akan terjadi di masa depan. Pengalaman masa lalu dihubungkan dengan lingkungan. Lingkungan meningkatkan kecemasan sosial karena adanya peran kausatif, sebagai contoh, akibat penganiayaan di masa kanak-kanak atau kesengsaraan akibat serangan secara psikososial.
  4. Genetika (genetic). Berbicara keras, perilaku, cara berpikir dan perasaan secara tidak langsung adalah sesuatu yang diwariskan dari orang tua. Beberapa studi menguji seberapa besar faktor genetik berperan dalam kecemasan sosial. Pengaruh genetik sangat berperan, terutama pada lingkungan yang membuat mereka secara negatif terpengaruh oleh stress yang memicu kecemasan sosial.
  5. Harga diri (self-esteem). Harga diri merupakan salah satu faktor yang menentukan perilaku individu dan mengakibatkan seseorang cenderung mengalami kecemasan sosial. Harga diri memiliki hubungan yang tinggi dengan kecemasan sosial daripada gagasan-gagasan lain yang sudah pernah diuji sebelumnnya. Individu dengan harga diri rendah kemungkinan mengalami kecemasan sosial dibandingkan dengan orang yang memiliki harga diri tinggi.
  6. Kemampuan sosial (social skill). Kemampuan sosial merupakan sesuatu yang sering dipelajari di kehidupan sehari-hari. Alas an individu untuk tidak melakukan proses belajar sosial karena melakukan interaksi seperti pertemuan sosial adalah sesuatu yang tidak menguntungkan dan berpendapat bahwa individu-individu lainnya menggangap dirinya tidak memiliki kemampuan sosial.
Strategi Mengatasi Kecemasan Sosial

Menurut Veale (dalam Mutahari, 2016) terdapat dua cara dalam menangani kecemasan sosial, yaitu:
  1. Farmakoterapi. Menggunakan obat-obatan untuk kecemasan adalah bertujuan untuk menyeimbangkan zat-zat kimia dalam tubuh. Benzodiazepine adalah yang paling banyak digunakan, meskipun penggunaan dalam waktu yang lama juga menjadi masalah tersendiri. Antidepresan yang baik juga dapat membantu individu dalam mengurangi kecemasan yang dialaminya. Paroxetine juga diperbolehkan dalam penanganan menggunakan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI). Dapat pula menggunakan mono-amine oxidase inhibitor (MAOI).
  2. Psikoterapi. Psikoterapi digunakan dengan sasaran utamanya adalah respon belajar dan faktor kepribadian individu, salah satunya adalah cognitive behavioral therapy. Cognitive behavioral therapy bertujuan untuk mengubah pikiran yang tidak masuk akal dan mendorong adanya kontrol yang lebih besar terhadap pikiran, emosi dan perilaku individu.
Aspek-Aspek Kecemasan Sosial

Menurut Leary (2012) ada tiga aspek dalam kecemasan sosial, yaitu:
  1. Ketakutan akan evaluasi negative. Individu yang mengalami kecemasan sosial akan merasa bahwa dirinya berada dalam posisi rendah sehingga menimbulkan persepsi bahwa orang lain akan meremehkan dirinya atau orang lain tidak akan menyukai dirinya tersebut.
  2. Keyakinan yang tidak rasional. Keyakinan yang tidak rasional ditunjukkan dengan persepsi diri terhadap orang lain yang seolah diri menyatakan bahwa orang lain tidak akan menyukainya. Dengan persepsi yang demikian, diri akan cenderung menghindari situasi sosial dimana dirinya merasa akan dipermalukan.
  3. Standar yang terlalu tinggi. Keadaan yang ada pada diri individu membuat individu merasa bahwa dirinya tidak dapat memenuhi harapan sosial, yaitu dirinya tidak dapat membuat orang lain terkesan dengan dirinya. Akibatnya ketakutan akan situasi sosialpun akan semakin tinggi.
Menurut Olivarez, dkk (dalam Misnani, 2016) ada tiga aspek dalam kecemasan sosial, yaitu: 
  1. Adanya ketakutan akan penilaian negatif dari orang lain.
  2. Adanya penghindaran sosial dan rasa tertekan dalam situasi yang baru. Seperti penolakan terhadap lingkungan baru ataupun teman sebaya yang tak dikenal sebelumnya.
  3. Adanya penghindaran sosial dan rasa tertekan yang dialami secara umum. Seperti penolakan yang lebih umum terhadap teman-teman sebayanya atau orang yang sudah dikenal.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Sosial

Menurut Tirtojiwo (2012) hal-hal yang dapat mempengaruhi timbulnya kecemasan sosial adalah:
  1. Perbedaan jenis kelamin.
  2. Riwayat keluarga atau genetik.
  3. Lingkungan.
  4. Temperamen.
  5. Tuntutan pekerjaan.
  6. Tuntutan sosial yang baru.
  7. Kondisi fisik.
  8. Kimia otak.
  9. Struktur otak.
  10. Pengalaman negatif yang dialami individu.
Menurut Hofmann & Dibartolo (2010) ada tiga faktor yang mempengaruhi kecemasan sosial, yaitu:
  1. Faktor biologis, meliputi genetik, perkembangan otak, amigdala dan pubertas.
  2. Faktor perkembangan, meliputi gaya kelekatan dan temperamen.
  3. Faktor sosial, meliputi pola asuh orang tua dan teman sebaya.

No comments:

Post a Comment