Menurut Schneiders (dalam Ali &Asrori, 2017) setidaknya ada lima faktor yang dapat mempengaruhi proses penyesuaian diri remaja, yaitu:
- Kondisi fisik. Sering kali kondisi fisik berpengaruh kuat terhadap proses penyesuaian diri remaja. Aspek-aspek berkaitan dengan kondisi fisik yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri remaja.
- Hereditas dan konstitusi fisik. Dalam mengidentifikasi pengaruh hereditas terhadap penyesuaian diri, lebih digunakan pendekatan fisik karena hereditas dipandang lebih dekat dan takterpisah dari mekanisme fisik. Dari sini berkembang prinsip umum bahwa semakin dekat kapasitas pribadi, sifat, atau kecendrungan berkaitan dengan konstitusi fisik maka akan semakin besar pengaruhnya terhadap penyesuaian diri.
- Sistem utama tubuh. Sistem utama tubuh memiliki pengaruh terhadap penyesuaian diri adalah sistem syaraf, kelenjar, dan otot.Sistem syaraf yang berkembang dengan normal dan sehat merupakan syarat mutlak bagi fungsi-fungsi psikologis agar dapat berfungsi secara maksimal yang akhirnya berpengaruh secara baik pula kepada penyesuaian diri individu.
- Kesehatan fisik. Penyesuaian diri seseorang akan lebih mudah dilakukan dan dipelihara dalam kondisi fisik yang sehat dari pada yang tidak sehat. Kondisi fisik yang sehat dapat menimbulkan penerimaan diri, percaya diri, harga diri, dan sejenisnya yang akan menjadi kondisi yang sangat menguntungkan bagi proses penyesuaian diri.
- Kepribadian. Unsur-unsur kepribadian yang penting pengaruhnya terhadap penyesuaian diri adalah:
- Kemauan dan kemampuan untuk berubah (modifiability). Kemauan dan kemampuan untuk berubah merupakan karakteristik kepribadian yang pengaruhnya sangat menonjol terhadap proses penyesuaian diri. Penyesuaian diri membutuhkan kecendrungan untuk berubah dalam bentuk kemauan, perilaku, sikap, dan karakteristik sejenis lainnya. Kemauan dan kemampuan untuk berubah ini akan berkembang melalui proses belajar. Bagi individu yang dengan sesungguh-sungguh belajar untuk dapat berubah.
- Pengaturan diri (self-regulation). Pengaturan diri sama pentingnya dengan proses penyesuaian diri dan pemeliharaan stabilitas mental, kemampuan untuk mengatur diri, dan mengarahkan diri. Kemampuan mengatur diri dapat mencegah individu dari keadaan malasuai dan penyimpangan kepribadian. Kemampuan pengaturan diri dapat mengarahkan kepribadian norma mencapai pengendalian diri dan realisasi diri.
- Realisasi diri (self-realization). Telah dikatakan bahwa kemampuan pengaturan diri mengimplikasikan potensi dan kemampuan ke arah realisasi diri. Proses penyesuaian diri dan pencapaian hasilnya secara bertahap sangat erat kaitanya dengan perkembangan kepribadian. Jika perkembangan kepribadian normasepanjang masa kanak-kanak dan remaja, di dalamnya tersirat potensi laten dalam bentuk sikap, tanggung jawab, penghayatan nilai-nilai, penghargaan diri dan lingkungan, serta karakteristik lainnya menuju pembentukan kepribadian dewasa. Semua itu, unsur- unsur penting yang mendasari realisasi diri.
- Inteligensi. Kemampuan pengaturan diri sesungguhnya muncul tergantung pada kualitas dasar lainnya yang penting peranannya dalam penyesuaian diri, yaitu kulitas inteligensi. Tidak sedikit, baik buruknya penyesuaian diri seseorang ditentukan oleh kapasitas intelektualnya atau intelegensinya sangat penting bagi perolehan perkembangan gagasan, prinsip, dan tujuan yang memainkan peranan penting dalam proses penyesuaian diri. Misalnya, kualitas pemikiran seseorang dapat memungkinkan orang tersebut melakukan pemilihan dan mengambil keputusan penyesuaian diri secara intelegensi dan akurat.
- Edukasi / pendidikan. Unsur-unsur penting dalam edukasi/ pendidikan yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri individu, yaitu:
- Belajar. Kemampuan belajar merupakan unsur-unsur penting dalam diri individu karena pada umumnya respon-respon dan sifat-sifat kepribadian yang diperlukan penyesuaian diri diperoleh dan menyerap ke dalam diri individu melalui proses belajar. Oleh karena itu, kemauan belajar menjadi sangat penting karena proses belajar akan terjadi dan berlangsung dengan baik dan berkelanjutan manakala individu yang bersangkutan memiliki kemauan yang kuat untuk belajar.
- Pengalaman. Dua jenis pengalaman yang memiliki nilai signifikan proses penyesuaian diri, yaitu (1) pengalaman yang menyehatkan (salutary experiences) adalah peristiwa- peristiwa yang dialami oleh individu dan dirasakan sebagai sesuatu yang mengenakkan, mengasyikkan, dan bahkan dirasa ingin mengulangnya kembali. Pengalaman seperti ini akan dijadikan dasar untuk ditransfer oleh individu ketika harus menyesuaiakan diri dengan lingkungan yang baru. Adapun pengalaman traumatik adalah peristiwa- peristiwa yang dialami oleh individu dan dirasakan sebagai sesuatu yang sangat tidak mengenakkan, menyedihkan, atau bahkan sangat menyakitkan sehingga individu tersebut sangat tidak ingin peristiwa itu terulang kembali. Individu yang mengalami pengalaman traumatik akan cendrung ragu-ragu,kurang percaya diri, gamang, rendah diri, atau bahkan merasa takut ketika harus menyesuaiakan diri dengan lingkungan yang baru.
- Latihan. Latihan merupakan proses belajar yang diorientasikan kepada-perolehan keterampilan atau kebiasaan. Penyesuain diri sebagai suatu proses yang kompleks yang mencakup di dalamnya proses psikologis dan sosiologis maka memerlukan latihan yang sungguh-sungguh agar mencapai hasil penyesuaian diri yang baik. Tidak jarang seseorang yang sebelumnya memiliki kemampuan penyesuaian diri yang kurang baik dan kaku, tetapi karena melakukan latihan secara sungguh- sungguh, akhirnya lambat laun menjadi bagus dalam setiap penyesuaian diri dengan lingkungan baru.
- Determinasi diri. Berkaitan erat dengan penyesuaian diri adalah bahwa sesungghnya individu itu sendiri harus mampu menentukan dirinya sendiri untuk melakukan proses penyesuaian diri, ini menjadi penting karena determinasi diri merupakan faktor yang sangat kuat yang dapat digunakan untuk kebaikan atau keburukan, untuk mencapai penyesuaian diri secara tuntas, atau bahkan untuk merusak diri sendiri.
- Lingkungan
- Lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan utama yang sangat penting dalam kaitannya dengan penyesuaian diri individu. Unsur-unsur di dalam keluarga, seperti anggota keluarga, interaksi orang tua dengan anak, interaksi antar anggota keluarga, peran sosial dalam keluarga, karakteristik anggota keluarga akan berpengaruh terhadap penyesuaian diri individu. Selain interaksi orang tua dengan anak, interaksi antar saudara didalam keluarga juga sangat penting pengaruhnya terhadap perkembangan penyesuaian diri anak. Jika antar saudara dalam lingkungan keluarga tercipta saling memberi dan menerima, persahabatan, saling menghargai, dan saling bekerja sama akan memberikan sumbangan sangat berarti bagi proses sosialisasi yang akhirnya sangat membantu perkembangan penyesuaian diri anak.
- Lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah juga dapat menjadi kondisi yang memungkinkan berkembangnya atau terhambatnya proses perkembangan penyesuaian diri. Pada umumnya, sekolah di pandang sebagai media yang sangat berguna untuk memengaruhi kehidupan dan perkembangan intelektual, sosial, nilai-nilai,sikap, dan moral siswa.
- Lingkungan masyarakat. Lingkungan masyarakat juga menjadi faktor yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan penyesuaian diri.ketepatan nilai-nilai, sikap, aturan-aturan norma, moral, dan perilaku masyarakat akan diidentifikasikan oleh individu yang berada dalam masyarakat tersebut sehingga akan berpengaruh terhadap proses perkembangan penyesuaian dirinya.
- Agama dan budaya . Agama berkaitan erat dengan budaya. Agama memberikan sumbangan nilai-nilai, keyakinan, praktik-praktik yang memberi makna sangat mendalam,tujuan, serta kestabilan dan keseimbangan hidup individu. Agama secara konsisten dan terus-menerus kontinu mengingatkan manusia tentang nilai-nilai intrinsik dan kemuliaan manusia yang diciptakan oleh tuhan, bukan sekedar nilai-nilai instrumental sebagaimana yang dihasilkan oleh manusia.Dengan demikian, faktor agama memiliki sumbangan yang berarti terhadap perekembangan penyesuaian diri individu.Selain agama, budaya juga merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan individu. Hal ini terlihat dari adanya karakteristik budaya yang diwariskan kepada individu melalui berbagai media dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Sebagaimana faktor agama,faktor budaya juga memiliki pengaruh yang berarti bagi perkembangan penyesuaian diri individu. Pendapat lain tentang faktor penyesuaian diri diungkapkan oleh Ghufron dan Risnawita (2012) yaitu secara garis besar, faktor faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri dibedakan menjadi dua yaitu :
- Faktor internal. Yaitu faktor yang berasal dari diri individu yang meliputi : kondisi jasmani, psikologis, kebutuhan, kematangan intelektual, emosional, mental dan motivasi.
- Faktor Eksternal . Yaitu faktor yang berasal dari lingkungan yang meliputi lingkungan rumah, keluarga, sekolah dan masyarakat.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa ada lima faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri remaja menurut Ali dan asrori (2017) yaitu kondisi fisik, kepribadian, proses belajar, lingkungan, agama dan budaya. Serta ada faktor internal dan eksternal menurut pendapat Ghufron dan Risnawita (2012). Dalam proses penyesuaian diri pada santri baru tidak hanya faktor eksternal saja yang dapat mempengaruhi santri baru untuk berhasil dalam mencapai kebutuhan dan keselarasan. Melainkan juga terdapat faktor internal yaitu efikasi diri, berupa keyakinan dalam diri santri baru untuk melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan pesantren.Menurut Bandura, untuk mengatur perilaku akan dibentuk atau tidak,individu tidak hanya mempertimbangkan informasi dan keyakinantentang keuntungan dan kerugian, tetapi juga mempertimbangkansampai sejauhmana individu mampu mengatur perilaku tersebut.Kemampuan ini disebut dengan efikasi diri (Rahma, 2011).
No comments:
Post a Comment