Pengertian Ila’

Thursday, September 13, 2018

Kecerdasan Spiritual

Pengertian Kecerdasan Spiritual

Kemampuan untuk menyelesaikan problem dengan benar dan waktu yang relatif singkat adalah wujud dari kecerdasan.Pola-pola perkembangan kini berkembang dari Intellegence (IQ), Emotional Intellegence (EQ).Kini kita sedang melakukan ekplorasi kecerdasan yang lebih mendalam lagi yaitu kecerdasan spiritual.

Menurut Sinetar (dalam Safaria, 2007) kecerdasan spiritual adalah pemikiran yang terilhami.Kecerdasan ini diilhami oleh dorongan yang efektivitas, keberadaan atau hidup ilahia yang mempersatukan kita sebagai yang mempersatukan kita sebagai makluk ciptaan Allah SWT.

Levin (dalam Safaria, 2007) dalam bukunya Spiritual Intelligence, Awakening the Power of Your Spirituality and Intuition menjelaskan bahwa kecerdasan spiritual adalah sebuah perspektif “spirituality is a perspective” artinya mengarahkan cara berfikir kita menuju pada hakekat terdalam kahidupan manusia, yaitu penghambaan diri pada Sang Maha Suci dan Maha Meliputi. Menurut Levin (dalam Safaria, 2007) kecerdasaan spiritual tertinggi hanya bisa dilihat jika individu mencerminkan penghayatannya akan kebajikan dan kebijaksanaan yang mendalam, sesuai dengan jalan suci menuju pada sang pencipta.

Zohar dan Marshall (2007) mendefenisikan kecerdasan spiritual sebagai “kecerdasan yang bertumpu pada bagian dari kita yang berhubungan dengan kearifan di luar ego, atau jiwa sadar.Inilah kecerdasan yang kita gunakan bukan hanya untuk mengetahui nilai-nilai yang ada, melainkan juga untuk segera kreatif menemukan nilai-nilai yang ada, melainkan juga untuk secara kreatif menemukan nilai-nilai yang baru. Lebih lanjut menurut Sienetar (dalam Rakmat,2007) kecerdasan spiritual adalah pikiran yang mendapat inspirasi, dorongan, dan efektivitas yang terinspirasi, theisness atau penghayalan ketuhanan yang di dalamnya kita semua menjadi bagian.

Menurut Khavari (dalam Rakmat,2007) kecerdasan spiritual adalah fakultas dari dimensi non material kita-ruh manusia. Inilah intan yang belom terasah yang kita semua memilikinya.Kita harus mengenalinya seperti adanya, menggosoknya sehingga berkilap dengan tekad yang besar dan menggunakannya untuk memperoleh kebahagiaan abadi.Seperti dua bentuk kecerdasan lainnya, kecerdasan spiritual dapat ditingkatkan tampaknya tidak terbatas.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan dalam diri kita yang berhubungan dengan alam sadar, bersumber dari suara hati yang terletak pada titik (God Spot) yang mana dapat terlihat seseorang cerdas dalam mengelola masalah, menjadikan kita kreatif ketika kita dihadapkan pada masalah pribadi, dan mencoba melihat makna yang terkandung didalamnya, serta menyelesaikannya dengan baik agar memperoleh ketenangan dan kedamaian hati. Kecerdasan spiritual membuat individu mampu memaknai setiap kegiatannya sebagai ibadah, demi kepentingan umat manusia dan Tuhan yang sangat dicintainya.

Karakteristik Kecerdasan Spiritual

Sinetar (dalam Safaria, 2007) menjelaskan ada beberapa ciri dari anak-anak yang memiliki potensial kecerdasan spiritual yang tinggi.Karakteristik ini biasanya sudah nampak ketika anak mulai beranjak menuju masa remaja.Adapun karakteristik tersebut yaitu:
  1. Kesadaran diri yang mendalam, instiusi yang tajam, kekuatan-kekuatan (ego-stenght), dan memiliki otoritas bawaan.Ciri utama munculnya kesadaran diri yang kuat pada anak adalah ia memiliki kemampuan untuk memahami dirinya sendiri serta memahami emosi-emosinya yang muncul, sehingga mampu berempati dengan apa yang terjadi pada orang lain. Harapan anak-anak ini dikemudian hari sedikit banyak memiliki potensi kecerdasan emosi yang cukup baik. Selain itu anak-anak ini juga memiliki intuisi bawaan yang tajam, semisal mampu melihat kejadian-kejadian akan datang secara akurat. Sehingga anak mampu mengendalikan perilakunya sendiri. Anak juga memiliki kemampuan untuk mengendalikan dorongan-dorongan bawah sadarnya, sehingga perilaku anak sepertinya ia adalah sosok orang dewasa yang matang. Disamping itu anak memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan kemauan yang keras untuk mencapai tujuannya serta memiliki keyakinan dan prinsip-prinsip hidup.
  2. Anak memiliki pandangan luas terhadap dunia dan alam. Dia melihat diri sendiri dan orang-orang lain saling terkait, menyadari bahwa bagaimanapun kosmos ini hidup dan bersinar. Artinya anak memiliki sesuatu yang disebut sebagai “cahaya subjektif”. Sehingga anak mampu melihat bahwa alam adalah sahabat bagi manusia, muaranya ia memiliki perhatian yang mendalam terhadap alam sekitarnya, dan mampu melihat bahwa alam raya ini diciptakan oleh zat yang Maha Tinggi yaitu Tuhan.
  3. Moral tinggi, pendapat yang kokoh, kecendrungan untuk merasa gembira, mengalami pengalaman-pengalaman puncak, atau bakat-bakat estetis.Anak-anak ini memiliki kecerdasan moral yang tinggi, mampu memahami nilai-nilai kasih sayang, cinta dan penghargaan. Anak-anak ini menunjukan penelitian pada teman dan tidak suka menyakiti sebayanya.Suka berinteraksi dam menjadi teman yang baik.Anak-anak ini juga memiliki keberanian untuk menunjukan pendapatnya secara kokoh, mampu menerima pencerahan dari berbagai sumber, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan cendrung selalu merasa gembira dan membuat orang lain gembira.Anak juga memiliki bakat-bakat estetis, seperti mampu mengatur kamarnya sendiri dengan baik. Artinya ia memiliki nilai keindahan, tidak suka merusak sekitarnya. Namun mencintai apa saja yang indah seperti bunga-bunga yang indah.
  4. Pemahaman tentang tujuan hidupnya.Anak dapat merasakan arah nasipnya, melihat berbagai kemungkinan seperti cita-cita yang suci (sempurna) di antara hal-hal yang biasa. Anak-anak ini sejak awal sudah memiliki impian tentang cita-citanya dimasa depan. Kadang-kadang anak mampu mengambarkan kehidupan dimasa depan. Ia memiliki visi yang tajam dan mampu menerapkan misi yang dibuatnya sendiri dalam hidupnya. Anak mampu menangkap hubungan antara impian, usaha keras dan pencapaian cita-citanya dimasa depan.
  5. Kelaparan tak terpuaskan akan hal-hal selektif yang diminati.Seringkali hal ini membuat mereka menyadari atau memburu tujuan tanpa berpikir lain. Pada umumnya memreka memiliki kecendrungan untuk meningkatkan kepentingan orang lain (altruistik). Atau keinginan untuk berkontribusi kepada orang lain. Anak memiliki keinginan untuk selalu menolong orng lain, menunjukan rasa kasih sayang terhadap orang lain, besahabat dan senang berinteraksi dengan orang lain. Anak juga memiliki ketekunan dalam mencapai keinginannya, dan selalu berusaha untuk secara terus-menerus mencapai impiannya.
  6. Gagasan-gagasan yang segar dan memiliki rasa humor dewasa.Kita bertanya kepada anak-anak, darimana kamu dapatkan gagasan-gagasam itu?”kita bahkan meragukan apakah mereka bukan jiwa-jiwa tua yang tinggal dalam tubuh yang masih muda?”. Kemampuan anak untuk melihat keterkaitan antara dirinya, alam dan kosmos secara keseluruhan membuatnya mampu memunculkan gagasan-gagasan baru yang bermanfaat bagi lingkungannya.Anak seperti diarahkan untuk melayani sesama manusia melalui kegiatan-kegiatan yang kongkrit dan nyata.
  7. Pandangan pragmatis dan efesien tentang realitas.Yang sering (tetapi tidak selalu) menghasilkan pilihan-pilihan yang sehat dan hasil-hasil praktis. Anak juga memiliki kemampuan untuk bertindak realistis.Walaupun tidak selalu, tetapi kemampuan ini sudah tampak sejak anak beranjak remaja. Anak mampu melihat situasi sekitar, mau peduli dengan kesulitan orang lain. Sebagi contoh ketika anak menginginkan sepatu baru, anak tidak dengan sewenang-wenang memaksa pengasuh memiliki kesulitan keuangan, sehingga keinginanya itu bisa ditunda sampai beberapa minggu berikutnya. Anak tidak pernah memuntut pengasuh dengan paksaan.
Aspek-aspek Kecerdasan Spiritual

Menurut Zohar dan Marshall (dalam Robby, 2013), tanda- tanda dari kecerdasan spiritual yang telah berkembang dengan baik adalah sebagai:
  1. Kemampuan bersikap fleksibel b. Tingkat kesadaran diri yang tinggi
  2. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan
  3. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit
  4. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai
  5. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu
  6. Berpikir secara holistik
Konsep Perkembangan Kecerdasan Spiritual

Menurut Spinks (dalam Safaria, 2007) mengatakan bahwa di dalam diri manusia terdapat konsep perkembangan kecerdasan spiritual yaitu :
  1. Religious insting. Naluri untuk mengadakan penyembahan terhadap suatu kekuatan diluar dirinya. Naluri inilah yang mendorong manusia untuk melakukan ritual ritual keagamaan, meyakini bahwa ada kekuatan supranatural yang menguasai alam, percaya akan kekuatan kekuatan magis dan pada akhirnya menundukkan diri pada kekuatan supranatural diluar dirinya tesebut.
  2. Kesadaran Spiritual. Kesadaran spiritual ini biasanya mulai tumbuh ketika anak berusia 3 sampai dengan 4 tahun. Jika kesadaran spiritual bisa tumbuh secara optimal anak akan lebih mudah mencerna pemahaman spiritual dalam dirinya. Karena potensi spiritual ada dalam diri seorang anak, maka orang tua mendorong munculnya potensi itu secara aktual, agar menjadi sebuah kesadaran spiritual dalam diri anak.
  3. Pemahaman spiritual. Setelah anak memiliki kesadaran spiritual maka tugas orang tua selanjutnya adalah memberikan pemahaman dan pengetahuan yang bijak tentang dimensi spiritual mulai tumbuh ketika anak memasuki masa sekolah (berusia 5 sampai dengan 7 tahun)
  4. Penghayatan spiritual. Dengan adanya pemahaman spiritual ini maka anak akan mampu menghayati spiritualitanya secara optimal. Diharapkan setelah anak mencapai pemahaman spiritual, dia akan mampu melakukan proses penghayatan spiritual dalam kehidupannya.
  5. Kebermaknaan spiritual. Penghayatan spiritual yang optimal dan matang akan mendorong anak mencapai kebermaknaan spiritualnya, untuk kemudian mendorong munculnya kecerdasan spiritual yang matang dalam diri anak. Setelah anak menginjak usia remaja, pada saat itu anak sudah mulai mampu menghayati pengalaman pengalaman spiritual secara bermakna, dengan syarat anak telah mencapai pemahaman spiritual yang memadai.
Faktor faktor yang Menghambat Kecerdasan Spiritual

Faktor yang mempengaruhi kecerdasan spiritual menurut Nierenberg & Sheldon (dalam Safaria, 2007) adalah:
  1. Lingkungan Keluarga. Keluarga secara umum dijelaskan sebagai suatu satuan kekerabatan yang juga merupakan satuan tempat tinggal yang ditandai oleh adanya kerjasama ekonomi, dan mempunyai fungsi untuk melanjutkan keturunan, mensosialisasikan atau mendidik anak dan melindungi, merawat dan menolong anggota keluarga yang lemah seperti bayi, anak anak atau orang lanjut usia (Widjaja dalam Safaria, 2007)
  2. Lingkungan Masyarakat. Orang tua perlu memilih tempat tinggal pada lingkungan masyarakat yang bersih dari perbuatan melanggar moral dan spiritual.Tempat tinggal yang cocok buat anak adalah lingkungan masyarakat yang senangtiasa menjunjung tinggi nilai moral, agama dan spiritual.Yakni suatu tatanan masyarakat yang agamis dimana iklim kegiatan beribadah dan kegiatan positif tertanam kuat.Atau lingkungan masyarakat yang mampu membersihkan diri dari pengaruh hal hal negatif.Kesadaran anak yang kokoh untuk melawan semua pengaruh negatif dari lingkunganya ini merupakan salah satu bukti bahwa anak telah mampu mengembangkan spiritualnya secara optimal.
  3. Kelompok Teman Sebaya dan Narkoba. Faktor teman sebaya ini akan sangat berpengaruh pada perkembangan spiritual anak selanjutnya. Terutama ketika anak memasuki remaja, dimana mereka akan lebih condong dan berorientasi sosial mengikuti pengaruh teman sebayanya. Pada saat ini remaja memiliki tingkat kerawanan yang lebih tinggi untuk terjerumus dalam berbagai perbuatan buruk.Untuk itu salah satu kekuatan jiwa pada anak untuk mempu membentangi diri dari berbagai pengaruh melalui pembentukan kecerdasan spiritual. Dengan dimilikinya kecerdasan spiritual ini anak akan semakin kokoh jiwa dalam mempertahankan diri untuk tidak terjebak dan terjerumus dalam berbagai pengaruh negatif dari teman sebayanya. Anak akan memiliki keteguhan hati dan memegang prinsip prinsip atau nilai nilai spiritual yang diyakininya. Atau bisa dikatakan anak memilliki keimanan dan ketakwaan yang tinggi sehingga mencegahnya dari segala perbuatan keji dan mungkar.
  4. Pornografi. Tayangan pornografi cendrung merusak jiwa anak, menghambat perkembangan kecerdasan spiritual anak, karena anak dikuasai oleh nafsu nafsunya akibat tanyangan porno tersebut.Jiwa anak masing sangat rapuh ketika dipengaruhi oleh tayangan pornografi, sehingga anak mudah sekali terjerumus dalam perbuatan buruk karena didorong oleh desakan nafsunya.Pengembangan kecerdasan spiritual membutuhkan kebersihan jiwa, untuk itu orang tua harus mengawasi setiap pengaruh buruk terutama pornografi memasuko rumahnya sehingga dengan mudah di tonton anak.

No comments:

Post a Comment