Pengertian Kecemasan
Kecemasan (anxiety) adalah perasaan campuran yang berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut (Chaplin, 2016). Menurut Frued (dalam Safaria dan Saputra, 2012) menyatakan bahwa kecemasan adalah reaksi terhadap ancaman dari rasa sakit maupun dunia luar yang tidak siap ditanggulangi dan berfungsi memperingatkan individu akan adanya bahaya.
Kecemasan merupakan pengalaman subjektif yang tidak menyenangkan mengenai kekhawatiran atau ketegangan berupa perasaan cemas, tegang, dan emosi yang dialami oleh sesorang. Kecemasan adalah suatu keadaan tertentu (state anxiety), yaitu menghadapi situasi yang tidak pasti dan tidak menentu terhadap kemampuannya dalam menghadapi objek tersebut berupa emosi yang kurang menyenangkan yang dialami oleh individu dan bukan kecemasan sebagai sifat yang melekat pada kepribadian (Ghufron dan Risnawita, 2012).
Priest (dalam Safaria dan Saputra, 2012) berpendapat bahwa kecemasan atau perasaan cemas adalah suatu keadaan yang dialami ketika berpikir tentang sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi.
Neale dan Kring (dalam Deviyanthi dan Widiasavitri, 2016), menjelaskan bahwa kecemasan atau cemas merupakan suatu perasaan takut yang tidak mennyenangkan yang disertai dengan meningkatnya ketegangan fisiologis. Kecemasan tersebut dapat disebabkan oleh adanya kekhawatiran yang tiba-tiba menyelimuti pikiran terhadap suatu peristiwa atau kejadian yang belum terjadi. Selain itu kecemasan juga dapat muncul apabila individu merasa tidak memiliki kemampuan dalam melaksanakan suatu tugas tertentu, perasaan bimbang dan gugup ketika menghadapi situasi yang penting, ataupun ketidaksiapan yang dialami individu ketika akan melakukan sesuatu yang penting sehingga membuat individu tersebut menyerah terlebih dahulu sebelum mencoba.
Dari pengertian di atas, maka kecemasan adalah perasaan gelisah, khawatir terhadap objek atau situasi yg dianggap mengancam, dan perasaan-perasaan yang kurang menyenangkan serta tidak sanggup untuk menyelesaikan masalah.
Menurut Hakim dan Nainggolan (dalam Larnis, 2016) salah satu permasalahan dalam menghadapi dunia kerja adalah adanya rasa khawatir terhadap penilaian diri dan kemampuannya, mudah cemas dan takut untuk menghadapi sesuatu ini merupakan salah satu ciri orang yang menggalami kecemasan.
Aspek – Aspek Kecemasan
Deffenbacher dan Hazaleus (dalam Ghufron dan Risnawita, 2012) mengemukakan bahwa sumber penyebab kecemasan adalah sebagai berikut:
- Kekhawatiran (worry) merupakan pikiran negatif tentang diri sendiri, seperti perasaan negatif bahwa ia lebih jelek dibandingkan dengan teman-temannya.
- Emosionalitas (imosionality) sebagai reaksi diri terhadap rangsangan saraf otonomi, seperti jantung berdebar-debar, keringat dingin, dan tegang.
- Gangguan dan hambatan dalam menyelesaikan tugas (task generated interference) merupakan kecenderungan yang dialami seseorang yang selalu tertekan karena pemikiran yang rasional terhadap tugas.
Menurut Calhoun dan Acocella (dalam Safaria dan Saputra, 2012) mengemukakan aspek kecemasan ditemukan dalam 3 reaksi yaitu:
- Reaksi emosional. Yaitu komponen kecemasan yang berkaitan dengan persepsi individu terhadap pengaruh psikologis dari kecemasan, seperti perasaan keprihatinan, ketenangan, sedih, mencela diri sendiri atau orang lain.
- Reaksi kognitif. Yaitu ketakutan dan kekhawatiran terhadap kemampuan berfikir jernih sehingga mengganggu dalam memecahkan masalah dan mengatasi tuntutan lingkungan sekitarnya.
- Reaksi fisiologis. Reaksi yang ditampilkan tubuh terhadap sumber ketakutan dan kekhwatiran. Reaksi ini berkaitan dengan sistem saraf yang mengendalikan berbagai otot dan kelenjar tubuh sehingga timbul reaksi dalam bentuk jantung berdetak lebih keras, nafas lebih cepat dan tekanan darah meningkat.
Menurut Greenberger dan Padesky (dalam Zulfah, 2017) aspek-aspek kecemasan menghadapi dunia kerja dikelompokan menjadi empat yaitu:
- Reaksi fisik. Reaksi fisik yang terjadi pada orang cemas menghadapi dunia kerja meliputi telapak tangan berkeringat, otot tegang, jantung berdebar-debar (berdegup kencang), pipi merona, pusing-pusing dan sulit bernafas. Kondisi ini biasanya terjadi pada saat seseorang yang cemas menghadapi dunia kerja tersebut melihat berita di televisi atau media massa mengenai berbagai macam masalah dalam dunia kerja. Reaksi fisik ini dapat berlangsung lama maupun sebentar tergantung pada lama tidaknya situasi yang dihadapinya. Adapun kemungkinan, setelah selasai melihat berita tentang dunia kerja tersebut, reaksi fisik yang ada pun menjadi hilang. Hal ini dapat terjadi kembali manakala individu tersebut melihat berita serupa.
- Pemikiran. Orang yang cemas biasanya memikirkan bahaya secara berlebihan, menganggap dirinya tidak mampu mengatasi masalah, tidak menganggap penting bantuan yang ada dan khawatir serta berpikir tentang hal yang buruk. Seseorang yang cemas terhadap dunia kerja, memiliki pemikiran-pemikiran yang negatif mengenai mampu tidaknya ia menghadapi dunia kerja dan biasanya pemikiran ini akan menetap cukup lama. Tanpa ada usaha dari individu untuk merubah pemikirannya tersebut menjadi sesuatu yang lebih positif maka pemikirannya akan tetap seperti itu. Pemikiran negatif yang timbul dapat berupa apa saja namun efeknya tetap sama yaitu membuat kondisi seseorang menjadi tidak nyaman dikarenakan seringkali memikirkan hal tersebut. Pemikiran dapat berupa perasaan tidak mampu, merasa tidak memiliki keahlian, tidak siap dan sebagainya.
- Prilaku. Orang cemas menghadapi dunia kerja akan berperilaku menghindari situasi saat kecemasan bisa terjadi.
- Suasana hati. Suasana hati orang cemas menghadapi dunia kerja meliputi perasaan gugup, jengkel, cemas dan panik. Suasana hati juga dapat berubah secara tiba-tiba ketika ia dihadapkan pada kondisi yang memunculkan kecemasan tersebut. Perasaan gugup dan panik dapat memunculkan kesulitan dalam memutuskan sesuatu. Misalnya dalam hal keinginan dan minat menginggalkan situasi ketika kecemasan mulai terjadi dan mencoba melakukan banyak hal secara sempurna dan mencoba mencegah bahaya. Cemas menghadapi dunia kerja biasanya ditandai dengan adanya usaha menghindari situasi yang menyangkut seputar dunia kerja misalnya informasi-informasi tentang dunia kerja atau pertanyaan-pertanyaan seputar dunia kerja. Prilaku ini terjadi dikarenakan individu merasa dirinya terganggu dan merasa tidak nyaman
Berdasarkan penjelasan di atas tentang aspek-aspek kecemasan menghadapi dunia kerja adalah aspek kekhawatiran yang mengarah ke pikiran negatif tentang diri sendiri, aspek emosionalitas yang dimana terdapat perasaan jantung berdebar, dan aspek gangguan dan hambatan dalam menyelesaikan tugas serta reaksi emosional, kognitif dan fisiologis serta reaksi fisik, pemikiran, prilaku dan suasana hati.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
Browman (dalam Yunita, 2013) menyatakan bahwa faktor yang dapatmempengaruhi timbulnya kecemasan terhadap dunia kerja antara lain yaitu:
- Kepercayaan diri yaitu keberhasilan individu di masa lalu khususnya dalam suatu pekerjaan akan dapat meningkatkan rasa kepercayaan diri serta mengurangi rasa takut atau cemas, sementara kegagalan-kegagalan di waktu lalu membuat individu merasa lebih pesimis, tidak percaya diri dan dapat meningkatkan rasa cemas dalam menghadapi persaingan dunia kerja.
- Kurangnya keahlian dan pengalaman dalam bidang pekerjaan, bila individu kurang memiliki keahlian dan pengalaman dalam bidang pekerjaan, maka individu akan mengalami kesulitan dalam menghadapi persaingan dunia kerja dan dapat menimbulkan kecemasan.
Hasan (dalam Purwandari, 2009) mengatakan kecemasan menghadapi dunia kerja ini dapat disebabkan oleh 2 faktor yaitu:
- Faktor eksternal terdiri dari keluarga, latar belakang sosial ekonomi, gender,temansebaya, dan lingkungan sekolah.
- Faktor internal terdiri dari intelegensi dan bakat khusus, minat vokasional, kepribadian, nilai, aspirasi karir, dan konsep diri.
Faktor internal adalah kesiapan untuk membuat keputusan tentang pekerjaan dan karir yg akan dijalani. Kesiapan untuk membuat keputusan pekerjaan atau karir ini disebut kematangan vokasional atau dikenal juga dengan kematangan karir. Dalam membuat pilihan pekerjaan yang tepat, seseorang harus menampilkan tingkat kematangan vokasional tertentu.
Adler dan Romen (dalam Ghufron dan Risnawita, 2012) menyatakan terdapat dua faktor yang menyebabkan adanya kecemasan, yaitu:
- Pengalaman negatif pada masa lalu. Pengalaman ini merupakan hal yang tidak menyenangkan pada masa lalu mengenai peristiwa yang dapat terulang lagi pada masa mendatang, apabila individu tersebut mengahadapi situasi atau kejadian yang sama dan juga tidak menyenangkan misalnya pernah gagal dalam tes hal tersebut merupakan pengalaman umum yang menimbulkan kecemasan dalam menghadapi tes.
- Pikiran yang tidak rasional. Para psikolog memperdebatkan bahwa kecemasan terjadi bukan karena suatu kejadian. Melainkan kepercayaan atau keyakinan tentang kejadian itulah yang menjadi penyebab kecemasan.
Ellis dalam (dalam Ghufron dan Risnawita, 2012) memberi daftar kepercayaan atau keyakinan kecemasan sebagai contoh dari pikiran tidak rasional atau disebut buah pikiran yang keliru yaitu :
- Kegagalan katastropik. Kegagalan katastropik yaitu adanya asumsi dari individu bahwa akan terjadi sesuatu yang buruk pada dirinya. Individu mengalami kecemasan dan perasaan-perasaan ketidakmampuan serta tidak sanggup mengatasi permasalahannya.
- Kesempurnaan. Setiap individu menginginkan kesempurnaan. Individu ini mengharapkan dirinya berprilaku sempurna dan tidak ada cacat. Ukuran kesempurnaan dijadikan target dan sumber inspirasi bagi individu tersebut.
- Persetujuan. Persetujuan adanya keyakinan yang salah didasarkan pada ide bahwa terdapat hal virtual yang tidak hanya diinginkan, tetapi ada juga untuk mencapai persetujuan dari sesama teman.
Dari beberapa faktor di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang memengaruhi kecemasan. Diantaranya kurangnya kepercayaan diri dan keahlian,faktor eksternal, internal, faktor pengalaman negatif masa lalu dan faktor pemikiran yang tidak rasional.
No comments:
Post a Comment