Pengertian Ila’

Wednesday, September 12, 2018

Faktor Penerimaan Diri

Berikut merupakan faktor-faktor penerimaan diri seseorang yang diungkapkan oleh Hurlock (dalam Permatasari & Gamayanti, 2016) yakni:
  1. Harapan realistas. Supaya individu menerima dirinya, mereka harus bersifat realistis terhadap dirinya sendiri, serta tidak mempunyai ambisi yang tidak mungkin diraihnya. Hal tersebut berarti individu harus mengerti kemampuannya dengan tidak meningkatkan ambisi pada batas kemampuannya tersebut lebih rendah dari apa yang mereka cita-citakan.
  2. Keberhasilan. Dalam kehidupan, ketika seseorang mengalami lebih banyak kegagalan maka akan mendorong individu untuk mengembangkan perilaku penolakan diri, sementara itu jika seseorang mengalami lebih banyak keberhasilan, maka akan mendorong individu untuk memiliki perilaku penerimaan diri.
  3. Pemahaman diri. individu diharuskan untuk bisa menilai kemampuan dan kemauan diri sendiri secara realistis serta mengenal dan menerima kelemahan serta kekuatan yang dimiliki. Dengan bertambahnya usia individu diharuskan untuk mampu menilai dirinya secara lenih akurat. Ketika seseorang memahami dirinya dengan baik maka dia juga bisa menerima dirinya dengan baik pula, kurangnya pemahaman tentang diri sendiri dapat menjadikan ketidaksesuaian konsep diri individu.
  4. Wawasan social. Seseorang diharuskan memiliki kemampuan melihat diri sendiri seperti halnya orang lain dapat melihat mereka, hal tersebut dapat menjadi suatu pedoman untuk perilaku yang memungkinkan seseorang untuk memenuhi harapan social. Perbedaan yang mencolok antara pendapat orang lain dan pendapat tentang dirinya akan menjurus ke perilaku yang membuat orang lain kesal sehingga menurunkan penilaian orang lain tentang diri individu.
  5. Konsep diri yang stabil. Konsep diri sangat berpengaruh dalam pemebentukan perilaku penerimaan diri individu, jika seseorang mengembangkan konsep diri yang negative maka akan timbul penolakan pada dirinya, sementara itu jika individu mengembangkan konsep diri yang positif maka ia akan lebih bisa untuk menerima dirinya. Untuk mencapai konsep diri yang stabil, orang yang berarti dalam hidup individu harus menganggap ia secara menguntungkan dalam waktu yang realtif lama.Pandangan orang yang berarti tersebut dapat membentuk dasar bayangan cermin pada mereka.
  6. Tidak adanya hambatan lingkungan. Ketidakmampuan untuk mencapai tujuan yang realistis dapat berasal dari adanya hambatan dari lingkungan dimana orang tersebut tidak memiliki kontrol, ataupun mendapatkan diskriminasi berdasarkan ras, jenis kelamin, atau agama. Ketika hal tersebut terjadi maka individu tersebut akan sulit untuk menerima dirinya sendiri. Sebaliknya, individu yang mendapatkan dukungan sosial akan lebih menerima dirinya. Factor yang mendasari dukungan sosial adalah tidak adanya diskriminasi maupun prasangka baik kepada diri sendiri maupun keluarga, memiliki keterampilan sosial yang berguna, ketersediaan untuk menerima adat istiadat.
  7. Tidak memiliki stress emosi yang berat. Tidak adanya stress emosi yang berat memungkinkan orang untuk melakukan yang terbaik, tidak adanya stress juga memungkinkan dia untuk santai, senang, dan tidak frustasi. Kondisi tersebut juga memiliki kontribusi pada pembentukan pandangan orang lain terhadap individu yang menjadi dasar untuk evaluasi diri dan juga penerimaan diri.
  8. Identifikasi seseorang yang memiliki penyesuaian diri yang baik. Seseorang yang memiliki identifikasi penyesuaian diri yang baik cenderung berkembang ke arah sikap yang positif dalam kehidupan, dan dengan demikian sikap yang positif tersebut adalah salah satu factor penerimaan diri dan penyesuaian diri yang baik.
  9. Perspektif diri. individu yang dapat melihat dirinya sebagaimana orang lain melihat dirinya memiliki pemahaman diri yang lebih besar daripada seseorang yang cenderung memiliki perspektif diri yang sempit dan terdistorsi. Perspektif diri yang baik merupakan factor yang dapat menimbulkan penerimaan diri.
  10. Hubungan orang tua dan anak. Sejauh mana seseorang bisa menerima dirinya dan menerima orang lain secara tidak langsung menunjukkan hubungan antara anak dan orang tua mereka.
  11. Pola asuh orang tua. Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua juga memiliki pengaruh pada perekembangan penerimaan diri anak, dimana ketika anak memiliki self esteem yang tinggi, saat itu pula anak memiliki penerimaan diri yang tinggi, begitupun sebaliknya.
Sementara itu menurut Ichramsjah (Dalam Puspitasari, 2002) mengungkapkan factor lain yang dapat mempengaruhi pembentukan penerimaan diri individu, yakni pendidikan dan dukungan sosial. Penerimaan diri akan semakin baik apabila ada dukungan dari lingkungan sekitar karena individu yang mendapatkan dukungan sosial akan mendapatkan perlakuan yang baik dan menyenangkan. Sementara individu yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan memiliki tingkat kesadaran yang lebih tinggi pula.

Berdasarkan faktor-faktor yang diungkap diatas ditarik kesimpulan bahwa Faktor paling besar dalam mempengaruhi penerimaan diri individu adalah lingkungan sekitar dimana lingkungan sekitar memberikan bayangan individu terhadap dirinya sendiri. Penerimaan diri ini juga erat kaitannya dengan kematangan dimana semakin matang individu maka akan semakin matang pula penerimaan dirinya.

No comments:

Post a Comment